Sayangkan Prabowo-Hatta Gaet Kelompok Intoleran
jpnn.com - JAKARTA - Langkah kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menggaet Front Pembela Islam (FPI) ke dalam barisan pendukung duet yang diusung Gerindra, Golkar, PAN, PKS dan PPP itu mendapat kritikan. Sebab, pasangan calon presiden-calon wakil presiden yang harusnya mengayomi semua kalangan itu tidak semestinya menggaet pihak yang selama ini dianggap intoleran.
Penilaian itu disampaikan peneliti The Wahid Institute Muhammad, Subhi Azhari saat dimintai tanggapannya, Sabtu (31/5). Menurutnya, langkah kubu Prabowo-Hatta menarik FPI ke barisan pendukung untuk pemilu presiden (pilpres) nanti dari sisi politik memang sah-sah saja.
Namun, kata Subhi, langkah itu justru bukan contoh yang baik bagi masyarakat. “Sebagai calon pemimpin harusnya bisa menilai juga elemen masyarakat mana saja yang bisa dirangkul dan mana yang tidak,” katanya.
Subhi lantas merujuk pada hasil riset tentang kebebasan beragama dan intoleransi yang dibuat The Wahid Institute tahun 2013. Dari riset itu diketahui bahwa FPI berada di urutan kedua setelah MUI sebagai pihak yang sering melakukan tindakan intoleransi di seluruh Indonesia. Hanya saja bentuk tindakan intoleransi yang dilakukan FPI bukan hanya dalam bentuk lisan tetapi juga fisik.
Karenanya Subhi mengatakan, sangat disayangkan jika kubu Prabowo-Hatta malah mencari dukungan dari kelompok yang tidak menghargai perbedaan. Peneliti di lembaga yang didirikan mendiang Abdurrahman Wahid itu bahkan mengingatkan risiko politik yang akan ditanggung Prabowo-Hatta.
“Orang akan menilai calon ini seakan-akan mentoleransi kekerasan. Masyarakat yang akan menilai,” ulasnya.
Sebelumnya, Prabowo secara terbuka pernah mengusulkan perlunya semua pihak merangkul FPI. Menurut Prabowo, pemerintah di pusat dan daerah juga perlu untuk merangkul FPI. Sementara Hatta pada peringatan Isra Mi’raj di Jakarta, Selasa (27/5) lalu meminta dukungan kepada hadirin termasuk Ketua Umum FPI Habib Rizieq Syihab yang hadir di acara itu.(jpnn)