SBY Sebaiknya Berhenti Curhat dan Mulai Bantu Jokowi Cari Solusi untuk Jiwasraya
Juga untuk memberi kepastian pada investor kecil. Total kewajiban Jiwasraya bahkan pernah mencapai Rp 49,6 triliun, yang sebagian besar pada investor kecil.
Menurut Maman Abdurrahman, permasalahan Jiwasraya dimulai sejak tahun 2006, di mana dari hasil temuannya equitasnya negatif sebesar Rp 3 triliun. Lalu, pada 2008, hasil temuan audit BPK menyatakan bahwa antara 2006 & 2007 PT. Asuransi Jiwasraya Disclaimer. Penilaian terburuk tersebut menjadi cap atau 'trade mark' Jiwasraya sampai sekarang ini.
Maman Abdurrahman juga menyitir pernyataan Ossy Dermawan, asisten pribadi Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, yang dalam kasus Jiwasraya ini mengisyaratkan silakan saja menyalahkan masa lalu. Artinya, SBY mempersilakan jika periode pemerintahannya menjadi pihak yang disalahkan dan diminta bertanggungjawab.
Maman Abdurrahman mengakui bahwa ia tidak bisa memastikan pernyataan tersebut sebagai curhatan SBY. "Kita tidak tahu benar atau tidaknya apakah itu betul-betul dari SBY. Tetapi, kalaupun benar, itu tentunya statemen mubazir. Tak bermakna, alias kosong, garing," kata Maman Abdurrahman.
Maman menegaskan, bentuk pertanggung-jawaban pemerintahan Jokowi sekarang ini adalah dengan melakukan identifikasi masalah secara utuh agar tidak hanya sekadar mencari solusi jangka pendek supaya dapat citra baik. Harus ada juga solusi jangka panjang agar pemerintahan berikutnya, setelah periode kedua pemerintahan Jokowi, tidak mendapatkan warisan masa lalu yang memalukan ini.
Ditekankan oleh Maman Abdurrahman, untuk mencari solusi jangka panjang tersebut, tidak bisa dengan curhat-curhat di media sosial (medsos). Atau, mohon-mohon minta disalahkan.
"Daripada bermohon-mohon minta disalahkan jauh lebih baik bermohon untuk mengusulkan ide atau solusi “ ujar Maman.
Wakil Sekjen Partai Golkar yang juga anggota DPR RI itu menegaskan kembali bahwa permasalahan Jiwasraya itu sudah ada sejak 2006 dan di tahun 2008 sudah ada juga temuan BPK yang disclaimer. "Itu adalah fakta, bukan khayalan, jadi tidak usah baper. Bagian dari hasil temuan serta inventarisasi masalah yang harus dipetakan agar diagnosa masalah bisa tepat sasaran," ujar Maman Abdurrahman.