Sebuah Kisah yang Indonesia Tak Ingin Dunia Tahu
Indonesia membantah menggunakan bom tetapi mengakui adanya penggunaan granat selama operasi keamanan.
Raga Kogoya, tokoh masyarakat di Wamena mengatakan, dia berhenti menghitung jumlah korban mati dan terluka dari serangan itu.
Dia saat ini merawat anak-anak pengungsi yang trauma. Dari 220 orang yang berlindung di dekat desanya, kebanyakan adalah anak-anak.
Seorang anak yang tinggal bersama Raga Kogoya menceritakan apa yang dia alami kepada program ABC.
"Ketika pengeboman pertama terjadi, mereka membunuh ayahku," ujarnya.
"Saya merasa hancur. Indonesia harus bertanggung jawab karena mereka membunuh ayahku," katanya.
Konsekuensi tragis dari kekerasan ini, anak-anak berusia 12 tahun pun terseret ke dalam pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin oleh Egianus Kogoya yang baru berusia 19 tahun. Egianus masih sepupu dengan Raga.