Sekolah Baru Diperbaiki dengan Dana Rp 300 Juta dari APBD, Sekarang Sudah Ambruk
jpnn.com, NGANJUK - Sebanyak 80 orang dari total 117 siswa di SDN Mojoseto terpaksa menggunakan gedung kantor desa dan sebagian dari bangunan di perpustakaan untuk proses belajar mengajar. Ini dilakukan karena beberapa bangunan ruang kelas yang dibangun pihak sekolah pada 2018, sudah ambrol.
Sebanyak 50 siswa dari kelas 1, 2 dan 4 terpaksa belajar di kantor desa. Sedangkan sisanya belajar di ruang perpustakaan. Hal itu dilakukan karena semua bangunan kecuali kelas 5 kondisinya rusak parah, atap plafon ambrol, dan tembok kelas retak-retak.
"Para guru dan siswa mengaku tidak nyaman belajar jika tidak di kelasnya sendiri," ujar Anggun Pradana, guru kelas SDN Mojoseto.
Apalagi, ruang di kantor desa yang ditempati para siswa kondisinya tidak lebih baik. Sebagian dinding kayu berlubang hingga jika terjadi hujan air bisa masuk ke dalam.
“Kondisi tersebut sangat mengganggu dalam proses belajar mengajar siswa,” ujar Anggun.
Sebagaimana diketahui SDN Mojoseto dibangun 2018 lalu oleh CV Pranata Kontruksi yang bersumber dari dana APBD sebesar Rp 300 juta.
Bangunan sekolah ini dibangun dengan sistem tambal sulam saja, fokus pada pengecatan dan pemasangan plafon atap.
Namun, diduga proyek tak sesuai spesifikasi sehingga bangunan tembok retak-retak, plafon ambrol. Beruntung tidak ada korban saat bangunan sekolah itu ambrol. (yos/pojokpitu/jpnn)