Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Seks Bebas Jadi Gaya Hidup

Selasa, 08 Oktober 2013 – 03:43 WIB
Seks Bebas Jadi Gaya Hidup - JPNN.COM

”Seharusnya kalau ditemukan bukan muhrim dalam satu kamar dinikahkan. Tapi kan itu ranah hukum, kita akan ikut kalau diajak (razia),” katanya. Dihubungi melalui pesan singkat Kepala Satpol PP Kota Tasikmalaya Deni Diyana menuturkan kasus buang bayi sangat terkait dengan perilaku remaja.

”Iya itu (kasus buang bayi) sangat relevan sekali dengan kos-kosan. Karena kurangnya pengawasan dari orangtua dan warga setempat,” tandasnya.

Selain itu, faktor lainnya, seringkali menurut Deni, pemilik kos tidak menerapkan aturan ketat, seperti pemisahan pondok putri dan putra.

”Pada akhirnya bisa terjadi seks bebas. Karena memang para pemilik kosnya sendiri, tidak semuanya menerapkan aturan dengan ketat,” pungkas dia.

Menyikapi kasus buang bayi di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Pengurus Asrama Selamet Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, Ustadz Muhammad Ahbab Iskandar mengaku prihatin.

”Tasikmalaya sedang menghadapi krisis moral. Ini jelas memprihatinkan. Bisa dengan mudah orang membuang bayi yang tidak berdosa. Ironisnya, jarang sekali pelaku itu terungkap,” ungkapnya kepada Radar saat ditemui di ruangannya di Asrama Selamet Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya.

Ustadz kelahiran Pamijahan 24 tahun yang lalu ini juga mengatakan kondisi ini terjadi akibat lemahnya pondasi agama yang ditanamkan oleh para orang tua kepada anak-anaknya.

”Pondasi agamanya lemah. Ini jadi tanggung jawab bagi semua orang tua untuk mendidik anak-anaknya moral dan agama,” lanjutnya. Selain pondasi agama yang lemah, lanjutnya, pemerintah juga dinilai gagal mengawasi warganya.

BAGI sebagian orang, sek bebas sudah biasa. Malah dianggap gaya hidup. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor pendorong munculnya praktek aborsi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close