Sentimen Rakyat atas Kabinet Jokowi-Ma'ruf dalam Mengelola Krisis Corona
Sementara itu, di sektor ekonomi terjadi perubahan arah di bawah komando Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir.
“Hal lain yang kami temukan dan cukup pivotal adalah Sri Mulyani menjadi menteri yang paling awal bersuara mengenai dampak Covid-19, bahkan dibandingkan Menteri Terawan,“ kata Fithra Faisal Hastiadi, Direktur Eksekutif Next Policy.
Menurutnya, Sri Mulyani serius melakukan langkah-langkah mitigasi demi menangkis dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional. Hal ini cukup pivotal karena dampak ekonomi virus ini memang serius dan menebarkan ketakutan pada pasar (saham).
“Sri Mulyani sempat mengatakan dirinya lebih khawatir dampak Covid-19 dibandingkan Brexit. Sri Mulyani boleh jadi benar mengingat analisis dampak yang dilakukan Next Policy menunjukkan efek dari Brexit minimal dibandingkan Covid-19,“ jelasnya.
Kata Fithra, pandemi Covid-19 berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,1-0,2 persen bila terjadi penurunan setiap 1 persen ekonomi China. Bahkan, dengan makin meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia, kemungkinan terjadi kontraksi ekonomi jauh lebih besar.
Hasil simulasi Next Policy menunjukkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia, juga rupiah, lebih banyak dipicu faktor Covid-19 ketimbang faktor fundamental.
Hasil perhitungan impulse response Next Policy menunjukkan, peningkatan 1 kasus pasien meninggal Covid-19 di Indonesia membuat pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 78 basis points (bps) setelah dua hari.
Kemudian 125,34 bps setelah satu pekan dan 274,56 bps setelah sepuluh hari.
Peningkatan 1 kasus positif Covid-19 juga berakibat pada pelemahan kurs rupiah terhadap dolar sebesar 8,5 bps setelah dua hari. Selanjutnya 81,42 bps setelah satu pekan dan 172,48 bps setelah sepuluh hari.