Serangan Siber ke Telepon Genggam Harus Diwaspadai
Mengingat bukan hanya ancaman serangan siber terhadap individu masyarakat yang berpotensi meningkat. Pilkada serentak yang juga dilaksanakan tahun ini perlu pengamanan lebih kuat dari sektor siber.
Sehingga upaya peretasan laman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang terjadi tahun lalu tidak terulang. Bukan tidak mungkin panasnya situasi selama pilkada turut menjalar sampai dunia maya.
Untuk itu, perlu langkah serius dari pemerintah. Pratama mengakui pendekatakan hukum memang penting. Namun edukasi internet aman dan sehat juga demikian.
”Pendekatan hukum pada pelaku hate speech memang harus terus dilakukan. Namun, bila tidak diimbangi edukasi yang gencar akan sangat sulit mewujudkan suasana yang kondusif di media sosial dan internet,” beber dia.
Belum lagi ancaman ransomware seperti wannacry dan petya yang juga bisa kembali muncul tahun ini. Antisipasi dari pemerintah melalui edukasi penggunaan internet sangat penting.
”Persiapan terbaik adalah pemerintah menyusun SOP menghadapi serangan ransomware itu,” ujar Pratama. Dengan begitu, infrastruktur strategis negara bebas dari ancaman.
Senada dengan Pratama, Ibnu Dwi Cahyo selaku public relation manager Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) menyampaikan bahwa ancaman serangan siber yang berpotensi meningkat adalah serangan terhadap telepon pintar.
Artinya serangan langsung ke individu masyarakat. ”Karena transaksi keuangan banyak pakai gadget,” ungkap dia.