Setahun Hanya 500 Pelajar ke Perpustakaan
jpnn.com - BOGOR-Miris, jumlah kunjungan pelajar ke perpustakaan daerah sangat rendah. Jelang penghujung 2013 saja, kunjungan tak lebih dari 500 orang.
“Minat baca sangat kurang sekali, terutama pelajar,” jelas pustakawan madya Kota Bogor, Siti Juniarsih kepada Radar Bogor (Grup JPNN).
Menurut Siti, kondisi ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan tak pernah meningkat. Bahkan, sekitar Juni-Agustus 2013, jumlah pengunjung hanya ada di kisaran 96 pelajar. “Mungkin yang datang itu-itu saja,” ucapnya singkat.
Siti menilai, membaca belum menjadi kebutuhan penting bagi pelajar. Mereka akan datang ketika ada kegiatan atau keharusan menyelesaikan tugas dari sekolah. “Dari pengalaman saya, pelajar yang datang ke perpustakaan karena ada tugas dari sekolah,” bebernya.
Minimnya minat baca diduga terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya karena perkembangan teknologi yang semakin canggih dan hampir setiap anak memiliki akses langsung mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan via internet.
“Dari ponsel saja pelajar sudah bisa melihat dunia, itu hal yang terkecil. Belum lagi ketika mereka buka laptop dengan jaringan internet, itu juga yang membuat minat baca di kalangan pelajar sangat rendah,” tegasnya.
Faktor lain, kata dia, sampul buku yang ada dinilai kurang atraktif hingga tak mampu menyedot minat baca. “Kalau dilihat di toko buku, banyak siswa yang sedang membaca. Tapi yang mereka baca itu hanya komik,” tuturnya.
Hal ini terjadi karena bentuk penyajian fisik buku pelajaran atau buku ilmiah tidak semenarik sampul komik. “Sudah waktunya percetakan dan penulis buku memikirkan hal ini dan mengubah penyajian fisik buku agar lebih menarik,” cetusnya.
Siti menambahkan, padahal koleksi buku di perpustakaan daerah tidak sedikit, dan tidak hanya terdiri atas buku ilmiah saja. Pihaknya menyediakan buku nonfiksi di tempat ini. Sementara pada program perpustakaan keliling, minat baca siswa terlihat masih ada.
Hanya saja, pelajar lebih dahulu melihat sampul dan ketebalan buku. “Perputakaan keliling hanya ke SD. Umumnya mereka lihat cover, tebal buku. Tapi ada juga yang hanya pegang-pegang dan pergi,” terangnya.
Selain memperbaiki sampul dan penyajian dalam buku, sekolah selayaknya memiliki ahli pustakawan yang tugasnya tidak hanya menjaga buku. Ketika buku ditata rapi dan menarik, akan menimbulkan minat pelajar untuk masuk perpustakaan dan mulai membaca hingga menjadi kebutuhan.
Ia juga menuturkan, program nasional Gerakan Pemasyarkatan Minat Baca (GPMB) belum disosialisasikan secara optimal. Padahal, program ini sudah lama dicanangkan oleh pemerintah pusat untuk mengajak semua masyarakat membaca.(rp7/c)