Setara Institute: Pak Mendagri dan Pak Menag, Tolong..
jpnn.com - JAKARTA - Direktur Riset Setara Institute, Ismail Hasani menilai kerusuhan yang terjadi di Tanjungbalai, Sumatera Utara merupakan ekspresi intoleransi dan kekerasan.
Menurut Ismail, pemicunya sangat sederhana, yakni protes warga atas pengeras suara dari sebuah tempat ibadah. Tetapi karena soal sepele tersebut terjadi di saat masyarakat sedang dalam kekurangan toleran maka berbalas kerusuhan.
"Polri dalam peristiwa ini telah mengambil langkah tepat dengan mempertemukan para tokoh agama dan memulihkan situasi menjadi lebih kondusif," kata Ismail, Minggu (31/7).
Tetapi langkah tersebut lanjutnya, belum cukup. Polri diharapkan dapat mengungkap aktor penggerak kerusuhan tersebut dan masyarakat tidak mudah terprovokasi untuk melakukan aksi-aksi intoleran dan kekerasan lanjutan.
"Peristiwa tersebut memberikan pembelajaran bagi semua pihak, bahwa kondisi intoleransi di tengah masyarakat semakin meningkat. Berbagai peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan yang terus terjadi mengkonfirmasi status toleransi masyarakat yang semakin menipis," tegasnya.
Ismail pun mendesak pemerintah harus mengambil langkah mendasar dalam merespons seluruh peristiwa pelanggaran yang terus terjadi. Tidak hanya reaktif dalam peristiwa aktual seperti pemadam kebakaran.
"Kementerian Agama dan Kemendagri memegang peranan kunci mengelola hubungan antar-agama, meningkatkan toleransi, dan menghapus praktik diskriminasi atas dasar agama atau keyakinan. Pak Mendagri Tjahjo Kumolo dan Pak Menag Lukman Hakim Saefudin, tolong, hampir dua tahun menjabat belum menunjukkan langkah dan kebijakan yang mendasar, berbasis fakta, komprehensif dan berdasar pada Konstitusi RI," pungkasnya. (fas/jpnn)