Setuju Hanya Ada Pertamax di SPBU
jpnn.com - JAKARTA - Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi setuju jika bensin premium dihilangkan.
Dengan begitu, tidak ada lagi polemik pengaturan konsumsi premium dan pertamax. Positifnya, semua mobil akan menikmati bahan bakar berkualitas lebih baik. "Mobil-mobil baru seharusnya memang pakai RON 92," tuturnya.
Menurut Budi, total ada sekitar 10 juta unit mobil yang beredar saat ini yang menjadi konsumen stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Namun, dia tidak bisa memperkirakan berapa jumlah mobil yang mengonsumsi premium. Budi mengakui, pemerintah kesulitan untuk mengontrol pembelian BBM. "Mau beli premium, pertamax, solar itu hak konsumen," ucapnya.
Dengan dihilangkannya premium, hanya akan ada BBM jenis pertamax di SPBU. Hal itu, lanjut Budi, semakin mempermudah pengawasan dan mengurangi penyelewengan.
"Seperti LCGC (low cost green car) itu wajibnya pakai pertamax, tapi banyak juga yang isi premium. Risikonya tanggung sendiri. Menurut produsen, kalau pakai premium, dua tahun mesin bisa rusak. Garansi juga bisa tidak berlaku," tegasnya.
Namun, Budi menolak asumsi bahwa LCGC memakan BBM subsidi dengan volume yang sangat besar. Pasalnya, penjualan LCGC hanya berkisar 120 ribu unit per tahun atau sekitar 1 persen dari total penjualan mobil nasional yang tembus 1,2 juta unit.
"Jadi, 99 persen konsumennya dari mobil jenis lain. Apalagi, LCGC irit banget, 1 liter bisa 20 kilometer. Kalaupun pakai pertamax nggak akan banyak berpengaruh ke kantong," jelasnya. (dim/owi/wir/dee/c9/kim)