Si Cantik yang Getol Kampanyekan Anak Muda Cintai Jamu
jpnn.com - JAKARTA – Sebagai warisan budaya Indonesia, jamu justru kurang popular di kalangan generasi muda. Ingin mengubah pandangan yang lebih positif pada anak muda, tiga mahasiswi London School of Public Relation (LSPR) Jakarta batch 18 membuat kampanye soal jamu. Namanya mirip dengan lagu Jawa yang diciptakan R.C. Hardjosubroto yaitu, #suweorajamu.
Kampanye itu digagas oleh Isabela, Ivone Harjoko, dan Jessica Vania. Lantaran anak muda sekarang sangat dekat dengan media sosial, promosi soal jamu mereka lakukan lewat jalur itu. ’’Tujuannya untuk meningkatkan awareness dan orang lebih tertarik dibanding minum jamu daripada modern medical,’’ ujar Isabela.
Kampanye mereka melakukan melalui dua sarana populer. Yakni, laman suweorajamu.weebly.com, dan Instagram dengan akun @suweorajamu. Melalui website mereka melakukan poling soal kebiasaan pernah tidaknya meminum jamu. Ada juga informasi umum soal keunggulan atau manfaat dari produk herbal itu.
Sedangkan di Instagram, mereka mengakomodasi kesukaan anak muda yang suka berfoto. Tiga mahasiswi itu menantang untuk meminum jamu dan mengunggah fotonya dengan tagar #suweorajamu. ’’Ceritain juga jamu apa yang diminum, dan manfaatnya buat tubuh. Jangan lupa mention kami,’’ tuturnya.
Kegiatan nirlaba itu sudah mereka lakukan sejak September 2015. Asumsi bahwa anak muda tidak tertarik dengan jamu disebutnya bukan tidak berdasar. Dia tahu sendiri kalau banyak anak muda yang anti dengan minuman tradisional. Padahal, produk tradisional umumnya bebas atau hanya sedikit mengandung bahan kimia.
Ivone menambahkan, dia sudah membuktikan sendiri kalau minum jamu benar-benar baik tubuh. Jamu favoritnya adalah kunyit asem yang memiliki rasa segar saat diminum. ’’Khasiatnya juga oke karena bisa menambah stamina. Apalagi kalau pas lagi capek minumnya, langsung segar,’’ akunya.
Selain untuk kesehatan bagi konsumen, jamu juga bisa memberikan manfaat ekonomis bagi penjualnya. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan transaksi jamu pada 2013 mencapai Rp 14 triliun, dan tahun lalu meningkat sekitar Rp 15 triliun. Dari 1.200an industri jamu, juga menyerap sampai 15 juta orang.
’’Ekspor jamu juga membuat ekonomi orang-orang yang bekerja di sekitarnya ikut naik,’’ tandas Ivone. Kalau kampanye mereka berhasil, berarti tingkat perekonomian produsen maupun penjual jamu ikut meningkat.
Jessica Vania yang suka jamu beras kencur dan kunyit asam sepakat kalau minuman herbal itu bisa memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Untuk meningkatkan kecintaan pada jamu, produsen bisa melakukan beberapa inovasi. Misalnya, mengemasnya dengan lebih menarik, memberikan rasa yang lebih enak, sampai campuran bahan lain untuk menambah manfaat.
’’Yakin banget, jamu nantinya bisa makin populer dan orang-orang tidak lagi anti jamu,’’ jelasnya. Lebih lanjut Jessica mengatakan, perempuan sebenarnya punya potensi tinggi untuk akrab dengan jamu. Apalagi, sakit saat datang bulan bisa segera lebih enak setelah minum jamu. (dim)