Slamet, Remaja yang Menikahi Nek Rohaya: Semalam Aku Memanah
Terlihat, tamu tersebut dan Nek Rohaya berada di ruang tamu. Melihat kedatangan kami, Rohaya pun masuk ke kamar.
Sempat duduk sebentar, Slamet minta izin untuk makan siang. Setelah makan, dia pun bersedia ngobrol lebih lama. Namun dia minta perbincangan dilakukan di kediaman Amsal, Kadus I.
Dia mengaku tidak enak hati kalau nantinya ada hal yang tidak diinginkan atau gangguan dari orang lain yang tidak berkenan dengan kedatangan para tamu. “Saya hanya menjaga saja agar itu tidak terjadi,” imbuhnya.
Usai mandi, dia pun menyusul Sumek ke rumah Amsal bersama Nek Rohaya. “Begini lah kegiatanku. Kalau tidak ada kerjaan, tidur. Paling mancing dengan Pak Sal (Amsal, red). Kalau tidak, ya di rumah inilah. Tidak ke mana-mana,” ujarnya.
Pekerjaan apapun akan dilakoninya. Jadi kuli angkut pasir atau batu bata, menebas rumput di kebun warga atau upahan lainnya. Itupun tidak pasti ada tiap hari warga yang meminta bantuannya. Sejak kembali dari Jakarta, baru beberapa kali dia mendapat upahan.
Salah satunya menaikkan pasir ke mobil. “Saya dapat upah Rp50 ribu. Uangnya langsung saya berikan ke Bunda (Nek Rohaya),” ungkap Slamet. Saat ini dia tidak mengambil upahan menyadap karet karena harganya sangat murah.
“Tidak sesuai hasilnya. Nanti, kalau harga karetnya naik, baru ambil upahan lagi,” jelas dia. Slamet menegaskan, dia tidak mau terlena dengan ketenarannya sekarang. Yang berusaha dia lakukan sekarang, bekerja, cari uang untuk kehidupannya bersama Nek Rohaya.
“Saya ingin punya anak serta beli tanah sendiri. Jadi, saya sekarang pikirannya hanya kerja, kerja, kerja. Tidak ada yang lain,” tandasnya.