Status Yerusalem Mendesak untuk Ditentukan
jpnn.com, YERUSALEM - Mesir dan Arab Saudi tengah berseru untuk mempertahankan status sejarah dan hukum Kota Suci Yerusalem. Ini terjadi di tengah ketegangan setelah keputusan Amerika Serikat (AS) yang mengakui kota suci tersebut sebagai Ibu Kota Israel.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry tiba di Riyadh untuk berbicara dengan mitra Saudi Adel al-Jubeir mengenai perkembangan di wilayah Palestina.
Seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu, (6/1), Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Mesir menyebutkan dua diplomat tinggi menekankan pentingnya mempertahankan status sejarah dan hukum Yerusalem.
Kedua menteri tersebut membahas upaya Arab untuk mempertahankan status kota suci. Nasibnya harus segera ditetapkan dalam negosiasi status terakhir.
Dalam pertemuan itu juga dibahas upaya dan sarana untuk memperkuat koordinasi menghadapi tantangan terhadap keamanan nasional Arab. Menteri Luar Negeri dari enam negara Arab antara lain Mesir, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Palestina, dan Maroko akan melakukan pertemuan di Amman untuk membahas situasi di Yerusalem.
Pekan lalu, Parlemen Israel, Knesset menyepakati sebuah aturan yang memerlukan persetujuan 80 dari 120 anggota dewan untuk mengubah status resmi atau batas Kota Yerusalem. Langkah ini diambil usai Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dunia dan Muslim mengecam langkah yang diambil AS.
Hingga saat ini Kota Yerusalem menjadi jantung konflik Timur Tengah. Warga Palestina menilai Yerusalem Timur adalah ibu kota masa depannya. (iml/met/JPC)