Suasana Banten Memanas
jpnn.com - SERANG -Salah seorang penggagas terbentuknya Provinsi Banten, Ampi Nurkamal Tanujiwa mengaku sedih melihat kondisi Banten saat ini. Karena itu dia mengaku terpanggil melihat keadaan Banten seperti ini. Karena itu Tanujiwa mengimbau kepada para tokoh masyarakat dan ulama untuk tidak memperkeruh suasana.
Seperti mengeluarkan pernyataan yang dapat memancing gejolak di tengah masyarakat. "Kondisi Banten saat ini sedang panas, saya mengimbau kepada semua tokoh masyarakat dan ulama untuk tidak mengeluarkan penyataan yang tidak perlu,” terangnya, kemarin (9/10).
Selain itu, masyarakat Banten juga diminta untuk bersabar dan menunggu proses hukum yang tengah dilakukan KPK terhadap penangkapan Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan, adik kandung Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Serta pencekalan terhadap orang nomor satu di Provinsi Banten tersebut.
”Masyarakat juga jangan cepat memvonis, mari bersabar menunggu proses hukum yang sedang berjalan di KPK,” katanya juga. Dia juga meminta para pendekar yang dikenal sebagai loyalis Atut, untuk tidak terpancing emosinya melihat situasi ini. ”Para pendekar yang loyalis juga jangan terpancing emosinya yang malah membuat suasana makin panas,” ujar Tanujiwa juga.
Yang terpenting, tambah Tanujiwa lagi, Atut harus patuh menjalani semua proses hukum yang tengah dilakukan oleh KPK. ”Atut harus mematuhi semua proses hukum yang tengah dilakukan KPK,” paparnya juga.
Sebelumnya tokoh pendiri Provinsi Banten lainnya, Uu Mangkusasmitha mengatakan perjalanan 13 tahun sejak Provinsi Banten berdiri banyak yang tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan dalam pembentukan provinsi tersebut.
”Masih sangat banyak pengangguran di Provinsi Banten dan juga anak-anak yang tidak sekolah,” katanya usai bertemu dengan dua Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten, Asep Rahmatullah dan Eli Mulyadi pekan lalu. Dia juga menegaskan tujuan pembentukan Provinsi Banten terpisah dari Provinsi Jawa Barat, agar masyarakatnya mandiri, maju dan sejahtera.
Namun hal itu hingga kini belum juga tercapai. Meski Provinsi Banten sudah 13 tahun terbentuk. ”Memang kemiskinan di Provinsi Banten menurun, tapi menurun dari bapaknya kepada anaknya. Hingga cucunya hingga kini tetap miskin,” cetusnya. (bud)