Sulastri Tak Bisa SMS, Sutarwi Dilempari Pemabuk
Sabtu, 20 Februari 2010 – 05:19 WIB
Yang masih mengganjal bagi Sulastriningsih adalah sering tersendatnya akses komunikasi dari dan ke Kaledonia menuju Indonesia. Sampai saat ini, kata dia, akses untuk mengirim SMS ke Indonesia dan sebaliknya masih belum memungkinkan. Penggunaan telepon seluler sebatas untuk menelepon. "Ya kalau hendak kirim teks, harus e-mail atau dengan faks. Tapi, kalau mau direct, mungkin dengan telepon saja," ujarnya.
Kendala keamanan, kata dia, memang bukan menjadi faktor utama karena Indonesia lebih diterima warga setempat. Namun, kini sangat sulit untuk merunut seseorang apakah keturunan Jawa atau bukan. Bahasa Jawa memang masih tetap digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Namun, kalangan anak-anak mudanya sudah tak bisa berbahasa Jawa, hanya bisa berbahasa Prancis. "Mereka kebanyakan juga sudah kawin campur. Berbeda dari warga keturunan India dan kulit hitam di sana yang terus menjaga tradisi," terangnya.
Yang dirasakan Sulastri itu berbeda jauh dari Sutarwindargo. Pria kelahiran 1 Mei 1970 tersebut sudah hampir tiga tahun bertugas sebagai acting konsul di KJRI Vanimo, Papua Nugini (PNG). Kantor Sutarwi (panggilan akrab Sutarwindargo) di kalangan sejawatnya di Pejambon (Kementerian Luar Negeri) dikenal dengan sebutan "kantor perwakilan Indonesia yang paling jarang dikunjungi".