Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sutradara pun Dibuat Menangis

Minggu, 19 Januari 2014 – 15:55 WIB
Sutradara pun Dibuat Menangis - JPNN.COM
The Act of Killing. Getty Images

Film dokumenter Oppenheimer ini menjadi makin kuat karena bukan hanya mewawancarai para jagal tersebut. Mereka diminta melakukan simulasi pembantaian tersebut dengan gaya Hollywood banget. Lengkap dengan lagu dan tari-tariannya. Hasilnya adalah menatap langsung ke jantung kekerasan tersebut, sebuah cermin sadisme, tapi dilengkapi kostum dan make-up.

Oppenheimer sendiri awalnya datang ke Indonesia tidak untuk membuat dokumenter mengenai topik kontroversial tersebut. Dia ingin membuat film tentang buruh. Dari serangkaian wawancara, sutradara kelahiran AS, 23 September 1974, yang berdomisili di Kopenhagen tersebut akhirnya tahu bahwa banyak dari keluarga para buruh tersebut yang menjadi korban pembantaian.

Secara tak begitu serius, Oppenheimer lantas menghubungi para jagal tersebut. Yang mengejutkan, bukan reaksi menutup diri untuk tidak mengingat masa lalu. ’’Tapi, mereka (para jagal) bercerita dengan gamblang dan mengingat betul detail mengenai pembunuhannya. Yang ironis, hal itu diceritakan dengan senyum terkembang, di hadapan anak dan istrinya,’’ tutur peraih Bachelor of Arts pada jurusan pembuatan film dari Harvard University dan peraih gelar doktor di Central Saint Martins College of Art and Design.

Kelompok-kelompok HAM di Indonesia yang punya hubungan dengan Oppenheimer kemudian memintanya meneruskan proyek tersebut. Akhirnya, Oppenheimer mulai menyiapkan produksi. Yang membuat Oppenheimer takjub, para jagal itu dengan sukarela mau berpartisipasi.

’’Kalian telah menjadi bagian dari salah satu pembantaian terburuk dalam sejarah manusia modern, dan masyarakat Anda berdiri di atas puingnya. Tunjukkan pada saya, bagaimana Anda membunuh dengan cara apa pun yang kalian suka,’’ kata Oppenheimer ketika memberi komando kepada para jagal tersebut sebelum kamera mulai mengambil gambar.

Sampai akhirnya dia bertemu Anwar Congo. Pada awalnya Anwar cukup ceria. Bahkan, dia sempat menyebut bahwa membunuh itu seolah hal biasa. ’’Ketika membunuh orang, sebaiknya pakai celana panjang. Biar tidak kotor kakinya,’’ kata Anwar yang menurut Oppenheimer melakukan pembunuhan seolah-olah hendak berkebun.

Namun, di tengah syuting, terjadi perubahan emosional pada diri Anwar Congo. Dia mengaku gelisah dan kerap dihantui mimpi buruk korban-korban yang dibunuhnya. ”Saya tak menyangka akan jadi mengerikan begini rasanya,’’ terangnya.

Kemudian salah seorang jagal menyadari dan memintanya berhenti syuting. ’’Ini membuat kami tampak buruk. Sudah, berhenti-berhenti,’’ katanya, seraya didampingi seorang tentara yang tampak siaga. Takut ditangkap, Oppenheimer kemudian menghentikan syuting.

LOS ANGELES - Film tentang salah satu tragedi kemanusiaan paling besar dalam sejarah Indonesia modern, The Act of Killing, lolos menjadi nomine Academy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA