Syukurin, Kawanan Penjambret Ditangkap saat Bercinta di Hotel
SURABAYA - Siapa yang menyangka ternyata hotel pun bisa dipakai sebagai sarang para penjambret. Misalnya, yang dilakukan komplotan Muhammad Soleh. Mereka menjadikan hotel melati di kawasan Surabaya Utara sebagai tempat persembunyian dan pembagian hasil kejahatan.
Terungkapnya komplotan itu berawal dari kecurigaan petugas kebersihan hotel setelah merapikan kamar bernomor 333. Mulanya di dalam kamar tersebut, ditemukan empat tas milik enam laki-laki yang menginap di kamar tersebut. Pihak hotel kemudian melaporkan hal tersebut pada pihak kepolisian setempat.
"Tas-tas itu bukti aksi penjambretan yang pelakunya kami cari-cari," ujar Kapolsek Bubutan Kompol Edith Yuswo kemarin (10/2).
Setelah mendapat informasi tersebut, anggota Reskrim Polsek Bubutan melakukan penyelidikan. Polisi pun memeriksa data-data berupa kartu tanda penduduk (KTP) yang tersimpan di dalam tas. Ternyata di sana ada tas yang berisi data korban penjambretan yang sebelumnya melapor ke Polsek Bubutan. Mengetahui hal itu, polisi bekerja sama dengan pihak hotel berupaya mencari pemilik tas.
Polisi menemukan penyewa kamar 333 atas nama Soleh. Dengan cepat, polisi bisa mendeteksi keberadaannya. Sebab, dia berpindah ke kamar nomor 417. Polisi segera masuk dan mendobrak pintu kamar untuk mengejutkan para pelaku. Setelah didobrak, ternyata Soleh sedang berada di dalam kamar bersama DY, yang diduga juga pelaku penjambretan. Di dalam kamar itu, ada dua perempuan yang nyaris tanpa busana.
"Sayangnya, anggota komplotan lainnya tidak ada di kamar itu. Sekarang kami melakukan pengembangan," papar Edith.
Berdasar pengakuan dua pelaku, mereka beserta komplotannya menginap di hotel itu selama dua minggu. Mereka berpindah-pindah kamar agar tidak menimbulkan kecurigaan pihak hotel.
"Tiap malam bayar Rp 120 ribu," ungkap pria asal Jalan Rembang, Dupak, itu.
Uang untuk check in tersebut didapatkan dari hasil menjambret. Biasanya sekali melakukan aksi, mereka bisa mendapatkan Rp 500 ribu. Selain untuk mem-booking hotel, uang hasil menjambret digunakan untuk berfoya-foya dengan menyewa gadis panggilan serta berpesta sabu-sabu dan miras.
Soleh mengaku sudah tiga kali menjambret di Jalan Bubutan maupun Krembangan. Adapun, DY memiliki jam terbang yang lebih tinggi, yakni lima kali. Sasaran mereka adalah perempuan. Terutama yang membawa anak.
"Meski korban tidak terluka, dampak psikologis ke anak yang ibunya dijambret akan menghasilkan trauma berkepanjangan," kata Edith. (all/c7/git/flo/jpnn)