Tahun Depan Diprediksi Jadi Kejayaan Bisnis yang Terintegrasi GenAI & AI
Di Indonesia, menurut Fajar, meskipun perusahaan Indonesia masih tertinggal dibandingkan perusahaan Asia Pasifik dalam pengadopsian GenAI, diyakini bahwa pada tahun depan, GenAI akan meningkatkan kemampuan CEO dalam membangun kepercayaan pemangku kepentingan (57 persen) dan meningkatkan kualitas produk dan layanan (56 persen).
"Lembaga layanan keuangan, contohnya, adalah pengadopsi awal GenAI, dan di Cloudera kami melihat perubahan penting sedang terjadi di industri ini ketika makin banyak bank beralih dari sistem rule-based ke model-based untuk pendeteksian penipuan," ucapnya.
Kelompok kedua adalah perusahaan yang secara tradisional tidak memiliki database dalam skala besar untuk memanfaatkan GenAI, dan mereka akan beralih ke AI tradisional atau model machine learning yang deterministik, untuk mendorong efisiensi dan produktivitas.
"Pada akhirnya, bisnis akan berhenti memberikan perhatian besar pada sensasi dan kejayaan GenAI, sebaliknya mereka akan berfokus untuk memetakan roadmap investasi teknologi mereka untuk meraih target perusahaan yang lebih besar," imbuhnya.
Dia melanjutkan, dengan inovasi enterprise AI yang menjadi pusat perhatian di tahun depan, bisnis harus dapat memilih kapan harus menggunakan public large language models (LLM) atau privat yang bisa memberikan insight akurat berdasarkan konteks organisasi.
Menurut riset McKinsey, kurang dari setengah (47 persen) perusahaan secara signifikan melakukan kustomisasi dan mengembangkan model mereka sendiri saat ini.
"Kami yakin ini akan berubah di tahun 2025 saat perusahaan mengembangkan chatbot yang digerakkan AI, asisten virtual, dan aplikasi berbasis agen yang disesuaikan dengan bisnis perorangan dan industri," ujarnya.
Saat makin banyak perusahaan menjalankan LLM kelas enterprise, mereka akan membutuhkan dukungan GPU untuk performa yang lebih cepat dibandingkan CPU tradisional, dan sistem tata kelola data yang kuat dengan keamanan dan privasi yang ditingkatkan.