Tak Menyerah pada Intimidasi
jpnn.com - HONGKONG - Insiden penusukan Kevin Lau Chun, mantan pemimpin redaksi (Pemred) harian Ming Pao, memicu gelombang protes.
Kemarin (2/3) ribuan orang bergabung dalam aksi yang mengutuk kejahatan terhadap Lau itu. Aksi tersebut juga mendukung kebebasan pers di tengah kecemasan kalau Tiongkok sudah memengaruhi media-media Hongkong.
Mengenakan baju hitam dan pita biru yang merupakan simbol kebebasan pers, para demonstran membawa banner raksasa bertulisan "mereka tidak bisa membunuh kami semua". Banner lain serta pelakat berbunyi "bebas atas ketakutan dan lindungi kebebasan pers".
Polisi belum menemukan motif penusukan Lau. Namun, ada dugaan bahwa motifnya tidak lepas dari vokalnya Lau dalam mengkritisi kebijakan-kebijakan Hongkong yang dianggap terlalu pro-Tiongkok.
"Kami tidak akan menyerah pada intimidasi," ucap Shirley Yam, wakil chairwoman Asosiasi Jurnalis Hongkong, salah satu penggagas demonstrasi tersebut kemarin.
"Pesan yang ingin kami kirimkan kepada semua pihak adalah media Hongkong akan kukuh dan melakukan hal terbaik demi kebebasan pers. Serta, hak-hak warga negara harus diberikan sebagaimana mestinya".
Panitia pelaksana demo menyebutkan ada 13 ribu orang yang terlibat dalam aksi itu. Namun, polisi menyatakan, angkanya hanya 8.600 orang. Demo kemarin merupakan sambungan dari aksi pekan lalu. Ada sekitar enam ribu orang yang berdemo di pusat finansial Asia Hongkong. Mereka menuntut pemimpin Hongkong agar melindungi kebebasan media.
Lau hingga kini masih dimonitor. Sang istri, Vivien, mengungkapkan bahwa Lau membutuhkan waktu pmulihan yang panjang. "Luka tusuk yang diderita sangat dalam dan serius," kata Vivien. (reuters/c15/tia)