Tak Terkendalikan Lagi, WHO Minta Semua Negara Bersiap Hadapi MERS
jpnn.com - JENEWA - Persebaran virus korona yang mengakibatkan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) di Korea Selatan (Korsel) tidak kunjung bisa dikendalikan. WHO yang sebelumnya meminta untuk tidak panik pun kini mulai mengambil langkah.
Mereka menegaskan, MERS di Korsel itu ibarat sebuah alarm peringatan. Karena itulah, semua negara harus bersiap mengahadapi persebaran penyakit tersebut. Meski begitu, belum saatnya mendeklarasikan kasus itu sebagai kasus darurat global.
Hingga Rabu (17/6), ada 20 orang yang meninggal di Korsel lantaran MERS. Jumlah pasien yang menderita penyakit tersebut juga naik menjadi 162 orang. Itu merupakan kasus MERS terbesar di luar Timur Tengah.
Di seluruh dunia, saat ini sudah 458 orang yang tewas sejak MERS kali pertama menyebar pada 2012. Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab MERS dan pengobatannya. Korsel mencoba terapi dengan plasma darah.
Caranya, plasma darah dari orang yang sudah sembuh dari MERS disuntikkan kepada pasien yang masih menjalani pengobatan. Terapi itu dilakukan tiga hari belakangan ini. "Kami benar-benar tidak mengerti dengan baik situasi ini," ujar Wakil Dirjen WHO Dr Keiji Fukuda.
Para peneliti masih belum bisa memastikan penyakit tersebut bisa ditularkan orang yang sudah tertular namun belum memiliki gejala MERS ataukah kondisi yang dapat mempercepat penularan. WHO menyarankan agar orang-orang menghindari kontak dengan onta serta tidak meminum susu onta dan hanya memakan daging onta yang dimasak hingga matang.
Lambatnya respons WHO itu dikritik sejumlah pihak. WHO dianggap tidak belajar dari lambatnya mereka menangani ebola di Afrika. "Saya tidak mengerti kenapa mereka tidak memprioritaskan membuat vaksin onta untuk menghentikan transmisi dari onta ke manusia," tutur pakar penyakit menular Universitas Minnesota Michael Osterholm.
Dia menyatakan, jika MERS sampai merebak di kota megapolitan di negara berkembang seperti Lagos dan Kinshasa, pencegahan bakal sulit dilakukan. "Kalau itu terjadi, kita benar-benar berada dalam masalah," tandasnya. (AP/AFP/ray/jpnn)