Tanam Mangrove di Das Bengawan Solo, 3 Mahasiswa Tewas Tenggelam
jpnn.com - GRESIK - Bakti sosial penanaman mangrove di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo oleh ratusan pemuda dan mahasiswa Gresik berubah menjadi tragedi kemarin (1/11). Sebanyak 16 orang tercebur sungai setelah perahu yang mereka naiki terguling. Tiga mahasiswa tewas dan seorang lagi masuk ICU RS Ibnu Sina karena terlalu banyak minum air sungai.
Korban tewas adalah Abdul Azis, 24, warga Desa Gebang Angkringan, Lamongan. Azis adalah ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Gresik. Kemudian, Arif Al Fahmi, 19, warga Desa Sekapuk, Ujungpangkah, mahasiswa semester I Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) sekaligus aktivis Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gresik.
Seorang lagi adalah David Hidayatullah, mahasiswa STAI Qomaruddin, yang juga aktivis Earth and Human (EH) Gresik. Sementara itu, korban yang dilarikan ke ICU bernama Muslimun, 27, sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gresik.
Baksos dengan agenda menanam mangrove di bibir Bengawan Solo di Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujungpangkah, itu diadakan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Gresik. Acara tersebut dibuka Wakil Bupati Moh. Qosim sekitar pukul 08.00. Ribuan mangrove dengan ketinggian 1 meter ditanam di bibir pantai, lembah Bengawan Solo tersebut. Mereka yang terlibat adalah para pemuda dari berbagai organisasi serta para aktivis lingkungan.
Sekitar pukul 09.30, penanaman di sisi timur sungai selesai. Karena masih banyak mangrove yang belum ditanam, 26 orang menuju seberang sungai dengan menaiki dua perahu nelayan. Lebar sungai yang mepet pantai tersebut sekitar 300 meter. Itulah awal petaka yang mengerikan tersebut terjadi. Perahu yang berkapasitas maksimal tujuh orang itu dinaiki lebih dari sepuluh penumpang. Satu perahu dinaiki 10 orang, satunya lagi berisi 16 penumpang.
Perahu yang berisi 16 orang tersebut terguling di tengah sungai. Seluruh penumpang tercebur ke Bengawan. "Kecelakaan itu terjadi setelah kami menanam di seberang sungai dan hendak balik ke tenda acara," ujar Koordinator EH Gresik Zubaidi, anggota rombongan perahu yang terguling. Dia langsung berenang begitu perahu terguling. Sekitar 10 menit kemudian, dia dan beberapa temannya ditolong nelayan di sekitar lokasi acara.
Zubaidi menyesalkan tidak adanya tanggap darurat dalam acara tersebut. "Kami di sini karena diundang. EH Gresik mendapat jatah lima undangan," ungkapnya.
Dia masih terlihat shock dengan kejadian itu. Apalagi salah seorang anggota EH, David, tidak tertolong. "Dia (David, Red) teman yang sangat ringan tangan dan low profile," ungkapnya dengan didampingi dua rekannya, Ojieg dan Zunaidi, yang juga selamat dari perahu maut tersebut. Mata Zunaidi terlihat sembap karena merasa terpukul setelah kehilangan David.
Zunaidi menambahkan, ketika perahu nyungsep karena terlalu berat di bagian depan, teman-temannya berusaha menolong Azis Abdullah. Namun, karena arus Bengawan cukup kuat, upaya penyelamatan gagal. "Saya berusaha menarik tangan dan memberikan papan. Tapi, arus dalam begitu kuat, tangan saya terlepas," ungkapnya.
Zunaidi mengaku semula ragu naik perahu tersebut. Sebab, penumpangnya padat. Akan tetapi, keinginan membuat kenangan indah dengan menanam mangrove begitu kuat. Itulah yang membuatnya turut naik perahu berdesakan. Apalagi perjalanan menuju lokasi tidak terlalu jauh.
"Musibah terjadi ketika kami hendak balik karena saat itu kami ingin salat Jumat," imbuhnya.
Sekitar 10 menit setelah kejadian, sejumlah perahu nelayan memberikan pertolongan kepada para korban yang tercebur ke aliran sungai terpanjang di Jawa tersebut. Panitia baksos Disbudparpora Gresik tidak menyiapkan tim penyelamat. Karena itu, tidak semua penumpang perahu selamat.
Korban tenggelam pertama yang bisa diselamatkan adalah Muslimun. Pemuda kelahiran Pulau Bawean yang tinggal di Desa Kepatihan, Kecamatan Menganti, itu tersangkut jaring nelayan yang membentuk lingkaran sekitar pukul 10.30. Namun, kondisinya sudah kritis karena terlalu banyak minum air. Sekitar pukul 11.00 tim Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) tiba di lokasi. Dengan perahu karet dan empat penyelam, mereka mencari korban. Sekitar pukul 14.00 korban Azis ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Beberapa menit kemudian, Arif ditemukan dalam kondisi tersangkut jaring nelayan. Ketika diangkat dari sungai, Arif masih bernyawa. Denyut nadinya masih terasa. Muyazzin, 32, koordinator MDMC, bersama tim lain memberikan pertolongan di atas perahu karet. Kaki mahasiswa Jurusan Perikanan Universitas Muhummadiyah Gresik itu diangkat lebih tinggi daripada kepalanya. Terlihat air keluar dari mulut dan hidung korban. Muyazzin kemudian menekan bagian dada. Namun, Tuhan berkehendak lain. Pemuda asal Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, itu meninggal dunia.
"Semula memang ada denyut nadinya. Karena itu, kami memberikan pertolongan untuk menyelamatkan nyawanya. Tetapi, kami tidak berhasil menyelamatkannya," ungkap Muyazzin. Setelah Arif, selang lima kemudian jasad David ditemukan. Menurut Muyazzin, para korban tenggelam di kedalaman 5-6 meter. Dia memprediksi kondisi jasad korban masih mengambang dan belum sampai dasar sungai. Karena itu, upaya pencarian dilakukan dengan cara memecah ombak dengan perahu yang dijalankan berputar. "Dengan sistem tersebut, ombak bisa terpecah dan korban bisa mengambang. Semua korban yang mengambang itu tersangkut jaring nelayan," tegasnya.
Ketua Panitia Baksos Kepemudaan Gresik Siswadi Aprilianto tidak mau disalahkan dalam peristiwa yang menewaskan tiga orang tersebut. Siswadi yang juga kepala Disbudparpora Gresik malah terkesan menyalahkan aktivis lingkungan. "Penanaman mangrove hanya dilakukan di darat. Tidak sampai menyeberang sungai," katanya saat ditemui di ruang jenazah RSUD Ibnu Sina Gresik kemarin.
Tetapi, lanjut dia, peserta memperlebar wilayah penanaman dengan menyeberangi sungai dan memakai perahu. "Meski begitu, pemerintah akan memberikan santunan kepada keluarga korban. Dan, kami ikut berduka terhadap musibah ini," ujarnya.
Kepala Desa Pangkah Wetan Syaifullah Mahdi mengatakan, penanaman mangrove di seberang sungai sudah disepakati untuk dilakukan para nelayan desa. "Sebab, mereka selama ini dianggap mumpuni dalam menanam mangrove," ungkapnya. Namun, para pemuda itu ingin ikut menanam. (yad/mar/mas)