Tangan Besi Duterte Mulai Terasa, Manila Terapkan Jam Malam
jpnn.com - MANILA - Satu per satu penduduk di Filipina masuk penjara, atas tudingan yang dianggap sebagian kalangan tidak masuk akal. Ya, meski belum diangkan secara resmi sebagai Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mulai menerapkan kebijakan pemerintah Tangan Besi.
Polisi bersenjata di Manila berkeliaran pada malam dan menangkapi anak-anak yang menangis, orang-orang yang mabuk, serta pria yang tidak memakai kaus. Mereka juga menerapkan jam malam di kota tersebut.
Alasannya sepele. Pihak kepolisian ingin mengamankan situasi menjelang pelantikan Duterte sebagai presiden Filipina pada 30 Juni. Ratusan orang telah ditahan atas kebijakan baru tersebut. Beberapa distrik menamai kebijakan baru itu sebagai Oplan RODY yang merupakan akronim rid the streets of drinkers and youths alias membersihkan jalan dari peminum dan pemuda. Rody juga merupakan nama panggilan Duterte.
"Kami semua tahu bahwa mabuk di jalanan dan pemuda yang bergerombol di jalanan adalah formula untuk sebuah kejahatan,’’ ujar Inspektur Senior Jemar Modequillo yang memimpin Oplan RODY di Manila bagian selatan.
AFP yang mengikuti Modequillo beberapa hari lalu melihat lebih dari 100 orang ditahan dalam sekali operasi. Di antaranya ada anak 10 tahun yang ditangkap. Orang tua yang membiarkan anaknya berkeliaran di jalanan saat malam juga diancam dipenjara. Duterte sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa dirinya akan memenjarakan orang tua yang menelantarkan anaknya dan mengirim anak-anak tersebut ke tempat penampungan negara.
Selain itu, dalam operasi tersebut ada dua gadis remaja yang menangis saat ditangkap. Padahal, mereka tengah keluar bersama keluarganya yang cukup umur. Para pemabuk maupun remaja yang berkeliaran itu akhirnya diberi pilihan hukuman push-up 40 kali, denda, atau dipenjara dalam jangka pendek. Tentu saja, hampir semua memilih opsi pertama.
’’Saya hanya akan menutup pintu toko biliar saat saya ditahan,’’ kata Rafael Ganton yang merasa penahanannya tidak adil. Dia memang ditahan karena berada di luar rumah tanpa memakai kaus.
Operasi itu mendapat kritik dari banyak pihak. Chairman dari Free Legal Assistance Group Jose Diokno menegaskan bahwa operasi Oplan RODY sangat mengkhawatirkan. Polisi bersenjata tentu akan mengakibatkan trauma pada anak-anak yang ditahan. Dia menambahkan, operasi itu hanya menarget orang miskin. Mereka yang kaya tidak tersentuh. ’’Mereka adalah sektor terlemah dari masyarakat dan mudah ditindas,’’ sesal (afp/sha/c19/kim/adk/jpnn)