Tanjung Balai Ikon Pluralisme, Kok Tiba-tiba Membara
jpnn.com - JAKARTA - Kerusuhan yang diduga bernuansa SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) di Tanjung Balai, Sumatera Utara diyakini digerakkan oleh orang-orang yang tidak senang dengan ketenangan dan kerukunan umat.
Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (Forkoma PMKRI) Hermawi F. Taslim menduga peristiwa ini tejadi karena ada penggeraknya. Selama ini, kata dia, Tanjung Balai merupakan salah satu daerah yang relatif tenang dan sejuk serta sudah berpuluh-puluh tahun hidup dalam kemajemukan dan suasana saling mengayomi.
"Sepengetahuan kita pahami selama ini, Tanjung Balai itu adalah ikon pluralisme Sumut (Sumatera Utara), kok tiba-tiba membara," tanya Herman Taslim, Sabtu (30/7), menanggapi kerusuhan di Tanjung Balai, Sumut, Jumat (29/7).
Pada bagian lain, mantan tokoh mahasiswa Sumatra Utara itu menyatakan prihatin dan berempati kepada warga yang telah diciderai perasaannya atas peristiwa tersebut. Namun kita juga bersyukur, spontanitas warga Tanjung Balai yang sejak dulu kita kenal matang dalam pergumulan pluralisme langsung bersepakat menghentikan tindakan-tindakan anarkhis tersebut.
Menurut Taslim, karena peristiwa ini adalah merupakan peristiwa pidana, maka kita mendesak aparat hukum untuk terus mengusut tuntas dan mengungkap otak penggeraknya agar perisitwa seperti ini tidak terulang lagi dimasa mendatang.
Menyikapi tren dunia yang cenderung memanfaatkan isu SARA untuk kepentingan-kepentingan sempit, Taslim yang juga mantan Tokoh Mahasiswa Sumatera Utara ini, mengimbau seluruh lapisan masyarakat bangsa untuk terus memperkokoh silahturahmi.
Selain itu, dia mengingatkan pentingnya komunikasi agar kita tidak mudah diperalat oleh kepentingan-kepentingan yang justru bisa merusak integritas sebagai sebuah bangsa yang kuat dan mandiri.(fri/jpnn)