Tembus Rp 13.049 per USD, Ini Omongan para Petinggi
Menurut Jokowi, pelemahan nilai tukar mata uang terhadap USD saat ini merupakan fenomena global. Artinya, hampir semua mata uang dunia melemah terhadap USD. ”Jadi, semua negara mengalami ini (pelemahan mata uang, Red),” ujarnya setelah mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma tadi malam.
Saat ini semua mata memang tengah tertuju pada tren perbaikan ekonomi Negeri Paman Sam, termasuk rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengerek suku bunga. Akibatnya, para pemilik dolar pun berbondong-bondong menarik dananya dari berbagai negara untuk dibawa kembali ke AS. ”Makanya, semua negara terkena imbasnya,” kata presiden.
Meski begitu, Jokowi meminta semua pihak tetap tenang. Dia menyebutkan, di tengah gejolak pasar uang global, ekonomi domestik Indonesia masih mencatat kinerja yang solid. Indikasinya, indeks harga saham menguat, obligasi masih banyak peminat, dan reformasi subsidi BBM membuat ruang fiskal dalam APBN kian kuat. ”Saya sampaikan, fundamental (ekonomi) kita masih baik,” ucapnya.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara yang tadi malam juga diundang ke Istana Presiden mengatakan, depresiasi rupiah terhadap USD saat ini belum masuk kriteria yang mengkhawatirkan.
Sebab, terang dia, jika diadu dengan mata uang negara-negara lain, rupiah masih cukup perkasa. ”Misalnya, hari ini (kemarin, Red) rupiah justru menguat terhadap euro, dolar Australia, dan pound sterling,” ujarnya.
Jika dicermati, pelemahan rupiah terhadap USD saat ini memang bukan yang terparah. Data pasar spot yang dilansir Bloomberg menunjukkan, sepanjang periode satu bulan mulai 9 Februari hingga 10 Maret 2015, rupiah tercatat melemah 3,06 persen.
Masih ada dua mata uang lain yang terdepresiasi lebih parah daripada rupiah, yakni ringgit Malaysia yang melemah 3,93 persen terhadap USD dan euro yang melemah 4,54 persen terhadap USD.
Karena itu, menurut Mirza, meski nilai tukar rupiah saat ini kembali mencapai titik terlemah sejak era krisis moneter 1998, masyarakat maupun pelaku usaha tidak perlu terlalu cemas.