Tentara, Kado Natal untuk Papua
Oleh: Dr. Filep Wamafma, SH., M.Hum (Anggota DPD RI Provinsi Papua Barat)jpnn.com - Bila kita menyebut Natal, bumi Papua seperti bergemuruh. Desember adalah bulan yang sungguh dinanti di Papua.
Hiasan-hiasan pohon Natal di setiap sudut kota, di setiap ruang rumah tangga, terutama di rumah-rumah Ibadah, menjadi pemandangan yang memesona.
Ornamen-ornamen Natal ditampilkan dalam berbagai bentuk, diiringi lagu-lagu Natal yang diputar di seantero kota. Semua menggambarkan bahwa Orang Papua memiliki kesatuan jiwa dalam perayaan Natal.
Di jalan-jalan kota kita saksikan anak-anak kecil berlarian mengejar Sinterklas, atau berlari ketakutan dikejar Sinterpit. Semua menciptakan kebahagiaan dengan cara yang luar biasa.
Wajah Papua berseri-seri dalam keceriaan Natal di bulan Desember. Persaudaraan dipupuk kembali. Persatuan ditanam kembali. Pinang dan sirih menjadi hidangan pemersatu, lalu cerita tete-nene tentang darah dan air mata perjuangan mulai diwariskan dalam kegembiraan Natal.
Namun tiba-tiba semua dikejutkan oleh berita di berbagai media nasional: “TNI Kerahkan 4.850 Prajurit Amankan Papua Jelang Natal”.
Para prajurit itu dikerahkan untuk membantu aparat kepolisian di Polda Papua. Menurut informasi di berbagai media, prajurit TNI akan disebar di seluruh wilayah Papua.
Kedatangan tentara ini sesungguhnya memberi isyarat bahwa Papua tidak aman di saat Natal. Adakah daerah lain di Indonesia yang dikirimkan pasukan tentara sebanyak itu? Jika damai Natal yang dicari, mengapa tentara harus dikirim? Natal Papua adalah Natal kedamaian.
Mengirimkan tentara ke Papua di saat Natal, mengindikasikan ketakutan pemerintah pada hal tertentu. Lebih dari itu, mengirimkan tentara di saat Natal di Papua, hanya mendaur-ulang militerisme dalam cara yang lebih halus.
Sebenarnya ada apa di Papua sehingga ribuan tentara harus didatangkan, di saat Orang Papua menyambut Damai Natal? Apa yang disembunyikan pemerintah melalui kebijakan militeristik semacam itu?
Jangan dilupakan pula bahwa Natal tahun ini dirayakan dalam situasi pandemi Covid19, maka mengirimkan tentara dalam jumlah ribuan tersebut makin menguatkan image bahwa Papua memang tidak aman. Bila hal seperti ini terus-menerus dilakukan, maka pembangunan tidak bisa berjalan maksimal, dan Papua tetap berada di belakang garus start, sementara provinsi lain sudah hampir mencapai garis finish.
Seharusnya Pemerintah mengubah image semacam ini. Natal sesungguhnya adalah hari penuh sukacita damai sejahtera dan bukan sebaliknya hari penuh ketakutan. Anak-anak kecil yang berlarian mengejar sinterklas, dalam logika paling sederhana akan bertanya, “Bapa, tentara dong datang bikin? Dong kado Natal kah?” Semua hanya akan terdiam.(***)
Video Terpopuler Hari ini: