Tentara Korsel Tembaki Kawan, Lima Tewas
jpnn.com - SEOUL - Sabtu malam (21/6) menjadi mimpi buruk bagi anggota Divisi Infanteri 22 Korea Selatan (Korsel). Mereka diserang. Lima anggota tewas dan tujuh yang lain terluka. Pelakunya bukan musuh bebuyutan mereka, Korea Utara (Korut). Penyerang itu adalah kawan mereka yang juga seorang tentara. Korban berusia 19"23 tahun. Pelaku diidentifikasi bernama Sersan Lim.
Kejadian tersebut bermula saat Lim bersama satu peleton rekan-rekan berjaga di perbatasan terdepan Korsel dan Korut di Kota Goseong, Provinsi Gangwon. Entah apa yang menyulut kemarahan Lim, saat kembali ke barak usai bertugas seharian, dia tiba-tiba saja melemparkan granat ke arah teman-temannya. Belum selesai kekagetan rekan-rekannya itu, Lim tiba-tiba memberondong mereka dengan senjata K2.
Setelah puas melampiaskan amarah, Lim lantas melarikan diri dengan membawa perbekalan amunisi. Dengan senjata yang dibawa tersebut, tentara Korsel khawatir bahwa Lim akan kembali menyerang orang yang ditemui. Warga di sekitar lokasi pencarian diminta tidak keluar rumah demi keselamatan.
Selama ini Lim termasuk prajurit yang harus diawasi dan dilindungi. Status itu biasanya disematkan kepada tentara yang secara psikologis kurang bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan militer. Tentara seperti itu cenderung bunuh diri atau melukai orang lain. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil tes kepribadian yang dilakukan secara berkala.
Berdasar hasil tes terakhir pada November, Lim dinyatakan mampu ditugaskan di perbatasan. Dia sejatinya bakal merampungkan masa wajib militer pada 16 September. Dia merupakan salah satu dari 691 ribu pemuda yang ikut wajib militer dan berjaga di perbatasan Korsel dan Korut. Sementara itu, Korut menempatkan 1,7 juta tentara di perbatasan yang sama.
Hingga kemarin (22/6) tentara Korsel belum berhasil melumpuhkan Lim. Sersan yang berusia 23 tahun tersebut melarikan diri ke sebuah sekolah di dekat hutan, sekitar 10 kilometer dari pangkalan lokasi penembakan.
Dua pihak saling meluncurkan serangan. Namun, belum ada tanda-tanda bahwa Lim bakal menyerah. Ada sembilan batalyon tentara dan beberapa helikopter yang dikerahkan untuk mencari dan menangkap Lim. Mereka diperintahkan menembak mati Lim, kecuali dia mau menyerahkan diri. "Saya mendengar sepuluh tembakan sepanjang hari tadi (kemarin, Red)," ujar Kepala desa setempat Jang Seok-kwon.
Seluruh jalan yang memungkinkan Lim untuk melarikan diri lebih jauh telah diblokade. Para tentara tersebut juga melakukan usaha lain selain dengan serangan senjata. Mereka membawa orang tua Lim. Dengan begitu, Lim diharapkan mau menyerahkan diri. Namun, bujukan dari sang ibu agaknya tidak mempan.
Kementerian Pertahanan Korsel sangat menyayangkan kejadian itu. "Saya meminta maaf kepada seluruh penduduk Korea karena kejadian tersebut mengakibatkan kekhawatiran," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Kim Min-seok.
Kejadian penembakan itu menambah daftar panjang kritik kepada militer. Sebab, hal tersebut bukan kali pertama terjadi. Pada 2011 seorang marinir melakukan penembakan dengan membabi buta di pangkalan tempatnya bertugas. Empat prajurit tewas. Pada Juni 2005 seorang prajurit melemparkan granat dan menembak rekan-rekannya yang sedang tidur. Delapan tentara tewas dan dua orang terluka. Tekanan dan bullying ditengarai menjadi penyebab tertekannya para prajurit itu. (AP/AFP/Reuter/sha/c20/dos)