Terkait MK, Pejabat-pejabat Dianggap Bermuka Dua
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat Politik Universitas Indonesia Effendi Ghazali mempertanyakan pernyataan sejumlah pejabat yang mengaku sudah sering mendengar ada isu permainan di tubuh Mahkamah Konstitusi (MK). Menurutnya jika sudah ada yang mencium gelagat tak beres di tubuh internal MK, mengapa tidak ada yang membuka suara untuk membongkarnya disbanding mendiamkannya,
“Katanya ada yang sudah mencium-cium ada seperti itu. Kenapa baru sekarang ngaku sudah mencium, enggak bilang-bilang, sekarang baru ngaku-ngaku. Harusnya ngaku. Kalau sudah begini baru semua merasa lebih bersih dibanding yang lain,” kata Effendy di Jakarta, Minggu (6/10). Para pejabat, kata dia, harusnya membuka penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lembaga tinggi negara, terutama lembaga peradilan seperti MK. Menutupi, ungkapnya sama dengan melegalkan penyimpangan tersebut.
Effendy pun mempertanyakan orang-orang yang justru menyerang MK saat ini. Ia menyatakan kesalahan Akil adalah kesalahan pribadinya, bukan kesalahan lembaga.
MK, kata dia, harus dibersihkan dari oknum-oknum yang sama seperti Akil. Saat ini, kata dia, Indonesia masih tetap membutuhkan lembaga MK. Apalagi banyak kasus yang belum diputuskan dan diselesaikan di MK. Ia mengaku setuju jika ada pengawasan terhadap MK dari pihak luar sehingga kasus-kasus yang diperkarakan di lembaga itu tidak diselewengkan.
“Ketika MK seperti ini tidak ada yang melakukan membuat Save MK. Padahal lembaga ini menjaga konstitusi kita. Ya memang banyak yang terlampau kecewa dengan MK, tapi biar bagaimanapun lembaga ini harus kita jaga dan bersihkan,” tandas Effendi. (flo/jpnn)
:ads="1"