Terlalu Prematur Kaitkan Pemindahan Ibu Kota dengan Peluang Anies Jadi Capres
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, terlalu prematur mengaitkan kebijakan pemindahan ibu kota negara dengan peluang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Pasalnya, pemindahan ibu kota merupakan kebijakan pemerintah pusat dan sudah mengemuka sejak masa Presiden Soekarno. Sementara terkait posisi Anies, masih belum dapat dipastikan maju sebagai calon presiden di Pilpres 2019.
Sejumlah pihak mengaitkan peluang Anies dengan pemindahan ibu kota karena melihat pengalaman Presiden Joko Widodo. Mantan Wali Kota Surakarta itu terpilih menjadi presiden di Pilpres 2014, setelah sebelumnya menjabat gubernur DKI Jakarta.
Pengalaman itu kemudian seolah-olah menempatkan semua figur pemimpin DKI berpeluang besar memenangi pilpres. Padahal, baru Jokowi satu-satunya yang dapat meraih kesuksesan tersebut.
"Jadi, saya rasa terlalu prematur mengkaitkan rencana pemindahan ibu kota dengan wacana majunya Anies Baswedan sebagai capres 2024," ujar Ari kepada JPNN, Rabu (28/8).
BACA JUGA: Dampak Negatif Pemindahan Ibu Kota Bagi Ambisi Politik Anies Baswedan
Pengajar di Universitas Indonesia ini lebih lanjut mengatakan, peluang Anies maju di Pilpres 2024 mendatang, sangat ditentukan dukungan partai politik. Jadi, tidak terkait sama sekali dengan kebijakan pemindahan ibu kota.
"Besar kecilnya peluang Anies maju sebagai capres di 2024 tergantung ada tidaknya 'backup' parpol peraih suara signifikan di pemilihan legislatif. Pilihan mayoritas pemilih di Pulau Jawa di Pilpres 2024 tentu menjadi penentu kemenangan," pungkas pembimbing disertasi di pasca sarjana Universitas Padjajaran ini.(gir/jpnn)