Ternyata, Hanya 29 Persen yang Ingin Punya Dua Anak
jpnn.com - BEIJING - Kebijakan pemerintah Tiongkok mencabut kebijakan satu anak disambut dengan pro dan kontra oleh berbagai pihak. Misalnya, para pebisnis menyambut baik kebijakan itu. Di sisi lain, para aktivis pesimistis kebijakan tersebut bakal berhasil. Sebab, generasi yang lahir pada 1980-1990 tidak lagi menginginkan banyak anak.
Salah seorang pengusaha yang menyambut baik kebijakan itu adalah Disney. CEO Walt Disney Robert Iger kemarin (30/10) menyatakan bahwa saat ini adalah momen yang baik untuk memberlakukan kebijakan dua anak. Sebab, mereka bersiap membuka taman bermain di Shanghai.
''Tiongkok adalah pasar yang bagus, terlepas dari kebijakannya berubah atau tidak. Ya, kami menyukai anak-anak tentu saja, tapi kami juga mencintai semua orang,'' ujar Iger.
Saham perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan produk untuk anak-anak mulai meroket di bursa saham. Kenaikannya mulai 5 hingga 10 persen sejak kebijakan dua anak diberlakukan.
Namun, tidak semua pihak optimistis seperti Iger. Sebab, anak tunggal yang lahir dari kebijakan pemerintah berpendapat bahwa memiliki dua anak berarti mengeluarkan lebih banyak biaya. Karena itulah, mereka tidak menginginkannya. Survei yang dilakukan salah satu media Tiongkok kemarin menunjukkan, dari 160 ribu responden, hanya 29 persen yang ingin punya dua anak.
Para pakar menyatakan bahwa Tiongkok yang tumbuh menjadi negara kaya membuat banyak pasangan menunda untuk memiliki momongan. Mereka lebih memilih mengejar karir dan berbagai pencapaian lainnya. Kesibukan juga menjadi halangan bagi pasangan muda untuk memiliki anak. Mereka takut tidak bisa merawat anak-anaknya.
''Negara tidak memberikan dukungan finansial. Apartemen sangat mahal sekarang, siapa yang mampu melahirkan,'' ujar seorang responden. Harga apartemen di kota-kota besar di Tiongkok mencapai ratusan juta per meter persegi. Karena itulah, fokus mereka saat ini bukan mempunyai anak, tapi menghasilkan uang untuk membeli rumah.
Kemungkinannya, hanya orang dengan kemampuan finansial berlebih yang bakal menambah anak. Saat kebijakan satu anak masih berlaku, orang-orang kaya di Tiongkok juga melanggar aturan dengan membayar denda untuk bisa menambah anak. (AFP/BBC/sha/c10/ami)