Tidak Logis, Mobil Gunakan BBM Dinilai Ramah Lingkungan
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago mengatakan dukungan pemerintah terhadap peredaran mobil yang dianggap murah dan diklaim ramah lingkungan sesungguhnya terlalu mengada-ada.
"Dimana letak murahnya, sementara mobil yang dijual dengan harga di bawah 100 juta rupiah itu dalam kondisi kosong. Kalau akan dilengkapi, harganya ternyata di atas 100 juta rupiah," kata Andrinof Chaniago, dalam Dialektika Demokrasi, bertema 'Pro Kontra Kebijakan Mobil Murah', di press room DPR, Senayan Jakarta, Kamis, (26/9).
Demikian juga halnya dengan asumsi bahwa mobil murah bisa jadi pilihan bagi 60 juta pengguna sepeda motor agar beralih ke kendaraan roda empat, menurut Andrinof itu juga tidak masuk akal. "Bagaimana yang 60 juta itu bisa miliki mobil murah sementara motor yang mereka gunakan itu dibeli melalui jalur kredit," kata Andrinof.
Gembar-gembor mobil murah itu lanjut dia, modusnya persis sama ketika Daihatsu Xenia pertama kali diluncurkan dengan harga juga di bawah 100 juta. Tiga bulan setelah itu, pasar dipenuhi oleh merk Xenia dengan harga di atas seratus juta karena spesifikasi mobil dengan harga di bawah 100 juta itu dihentikan produksinya.
Lalu argumentasi ramah lingkungan. Itu juga alasan yang dibuat-buat. "Memangnya mobil murah itu tidak menggunakan BBM. Semakin banyak mobil itu beredar, akal sehat kita membenarkan akan semakin tinggi pula kerusakkan lingkungan yang ditimbulkan akibat sisa pembakarannya," ujar dia.
Begitu juga alasan insentif yang diberikan pemerintah untuk mobil murah itu. Menurut Andrinof, itu hanya dinikmati oleh produsen. "Lain halnya kalau industri otomotif yang beroperasi di Indonesia di dorong pemerintah untuk membuat angkutan publik dengan harga murah, itu baru insentifnya dinikmati oleh rakyat," imbuhnya Andrinof Chaniago. (fas/jpnn)