Tiga Bayi Orang Utan Dibuang di Pinggir Jalan
jpnn.com, KAMPAR - Dokter hewan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menduga induk tiga bayi orang utan yang ditelantarkan sudah mati dibunuh oleh sindikat perdagangan satwa dilindungi.
"Kami tidak tahu induknya masih hidup atau tidak. Biasanya untuk memisahkan anak dengan induknya sangat sulit. Mungkin pelakunya menggunakan cara yang tidak tepat (membunuh) untuk memisahkannya," kata drh Rini Deswita saat memeriksa kondisi korban perdagangan satwa di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kampar, Senin (16/12).
Ia mengatakan, tiga orang utan tersebut merupakan endemik Sumatera. Mereka terdiri dari satu betina dan dua jantan. Bayi orang utan paling kecil diperkirakan berusia 6-8 bulan, sedangkan dua lainnya berumur satu hingga 1,5 tahun.
"Kondisinya memang mengalami kembung karena selama dalam perjalanan tak dapat suplai minum susu yang cukup, juga karena stres yang mengakibatkan kembung," ujarnya.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono mengatakan, tiga bayi orang utan tersebut sudah diberangkatkan ke Pusat Rehabilitasi orang utan di Batu Embelin, Provinsi Sumatera Utara. Sebelumnya, mereka ditelantarkan oleh orang tak dikenal yang diduga adalah jaringan dari perdagangan satwa dilindungi.
Pada hari Sabtu (14/12) sekitar pukul 17.30 WIB, seorang Polisi Kehutanan BBKSDA Riau mendapat laporan dari masyarakat bahwa telah menemukan orang utan di Jembatan 2 Sungai Sibam Kota Pekanbaru. Tim berhasil menyelamatkan tiga ekor orang utan itu sekitar pukul 19.00 WIB.
Suharyono menjelaskan, awalnya tiga bayi orang utan itu ditemukan oleh seorang pemulung di dalam kardus yang bertuliskan "IPAN PEKANBARU" di Jembatan Sungai Sibam.
"Sebelum kardus diketemukan oleh pemulung, terlihat oleh warga ada mobil yang berhenti dekat jembatan Sungai Sibam dan menurunkan kardus tersebut. Warga yang melihatnya berteriak kepada orang yang menurunkan kardus tersebut, namun orang tersebut bergegas masuk mobil dan kembali melaju serta meninggalkan kardusnya," kata Suharyono. (antara/jpnn)