Tiga Hal yang Buat Pakar Patologi UI Yakin Bukan Sianida
jpnn.com - JAKARTA - Ahli patologi forensik Universitas Indonesia Djaja Surya Atmadja mengaku tidak menemukan tanda-tanda Wayan Mirna Salihin meninggal karena racun sianida. Paling tidak hal tersebut terlihat dia memeriksa bagian luar tubuh korban pascameninggal dunia, 6 Januari lalu.
"Waktu memeriksa (tubuh,red) bagian luar, saya cuma lihat kulitnya biasa. Ujung bibirnya agak biru. Jadi paling sedikit ada dua tak lihat dari merahnya dan baunya," ujar Djaja saat bersaksi pada sidang lanjutan kasus dugaan pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (7/9).
Menurut Djaja, setidaknya ada tiga ciri-ciri korban meninggal karena sianida. Pertama, efek racun mengakibatkan bagian-bagian tubuh berubah warna merah. Bukan berwarna biru seperti terlihat pada bibir almarhum.
"Gejala kedua, sianida beraorama peter almond. Jadi karena ditolak pihak keluarga (untuk melakukan otopsi,red) saya lakukan pemeriksaan lengkap. Saya tekan di bagian ulu hati. Waktu itu saya tidak menciumnya," ujar Djaja.
Dokter Djaja memastikan memiliki penciuman yang cukup baik terkait racun sianida. Namun saat melakukan pemeriksaan tidak menemukannya.
"Ciri khas ketiga lambung bengkak. Saya ingat sekali dan tak mungkin salah, tahun 1984 (saat belajar,red) dokter bilang lambung seperti karpet merah ini adalah karena sianida," ujar Djaja.
Selain ciri-ciri tersebut, Djaja juga menyimpulkan, kalau disebut dalam tubuh Mirna terdapat 0,2 miligram sianida, maka besar kemungkinan itu bukan penyebab kematian.(gir/jpnn)