Tiga Wejangan Pak Harto untuk Prabowo
jpnn.com - ADA tiga prinsip kepemimpinan yang selalu dipegang teguh oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Prinsip itulah yang dia pakai setiap mengomando operasi militer, mengembangkan bisnis, dan membesarkan partainya.
Dia mengakui, Presiden kedua RI Soeharto berperan besar dalam menanamkan prinsip kepemimpinan yang selama ini dipraktikkan. Prabowo ingat betul, saat berpangkat mayor, dirinya dipanggil Soeharto menjelang keberangkatannya memimpin operasi di Timor Timur.
Mendapat panggilan pemimpin tertinggi militer yang juga mertuanya, salah satu capres pada Pilpres 2014 itu tentu senang bukan kepalang. "Harapan saya, beliau memberi sangu (bekal)," tutur Prabowo tanpa menjelaskan sangu yang dimaksud.
Kala itu Soeharto menemui Prabowo sekitar lima menit. "Mau berangkat tugas? Saya titip tiga hal. Ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo. Mengerti?" ucap Prabowo menirukan kalimat Soeharto.
Prabowo hanya mengangguk. Dia kemudian menyampaikan pesan titipan mertuanya tersebut kepada pasukan yang dipimpin. Setelah direnungkan, wejangan Soeharto itu pun dianggap penting, bahkan ditulis besar-besar di atas peta operasi.
Ojo lali, tutur Prabowo, artinya tidak boleh melupakan didikan agama, militer, sosial budaya, dan orang tua. Ajaran agama melarang melukai orang yang tidak bersalah, orang tua, perempuan, dan anak-anak. Sementara itu, taktik dan strategi militer harus diingat di luar kepala untuk memudahkan pelaksanaan operasi.
Kemudian, ojo dumeh berarti jangan sombong. "Begitu sombong, kita akan lengah. Saat lengah, kita akan hancur," lanjut mantan Danjen Kopassus itu. Terakhir, ojo ngoyo yang berarti jangan memaksakan diri. Ketika sudah berupaya maksimal, apa pun hasil yang didapat harus diterima dengan lapang dada. (byu/c15/agm)