Tionghoa Dewasa dalam 10 Tahun
Minggu, 08 Februari 2009 – 07:03 WIB
Saya pribadi punya pengalaman traumatis. Ketika secara resmi pertunjukan kesenian yang berbau Tiongkok masih dilarang pada 1980-an, saya sudah berani menyelenggarakan pertunjukan akrobat dari Wuhan. Lengkap dengan grup musik tradisionalnya yang amat besar. Banyak yang meragukan apakah pentas itu bisa terlaksana. Nyatanya bisa, meski harus dengan urusan amat panjang.
Yang juga belum banyak diketahui adalah di bidang pertunjukan barongsai. Kini Indonesia sudah memiliki 18 juri tingkat internasional. Ketika saya menjadi ketua umum barongsai Indonesia pertama kalinya 8 tahun lalu, tidak satu pun kita memiliki juri. Akibatnya, setiap pertandingan selalu ricuh. Hubungan antarklub tegang. Akhirnya kita harus selalu mendatangkan juri dari luar negeri. Kini, kita sudah bisa ''ekspor" juri barongsai. Setiap pertandingan besar di luar negeri, juri kita diminta ke sana.
Demikian juga kini kita sudah bisa membuat barongsasi sendiri. Padahal, dulu kita selalu impor. Kalau tidak dari Tiongkok, juga dari Malaysia. Kini, di Jawa Tengah sudah ada dua orang yang mengkhususkan diri membuat barongsasi. Sebulan rata-rata bisa membuat 25 set: mulai kepala sampai sepatunya. Bahkan, perajin barongsai kita, sudah mampu membuat kepala barongsasi yang beratnya hanya 1,2 kg!