Tiongkok Sebut AS Perajut Kebohongan
”Beberapa oknum di AS tak ingin Tiongkok berkembang. Mereka lagi-lagi menggunakan tuduhan tanpa ada bukti untuk menekan badan usaha kami,” ucap Menlu Tiongkok Wang Yi menurut South China Morning Post.
Sebelumnya, Presiden Tiongkok Xi Jinping mempersiapkan mental rakyat Tiongkok. Menurut dia, Tiongkok akan menjalani Long March baru dalam waktu dekat. Long March merupakan peristiwa bersejarah pada 1934, yakni tentara komunis mundur dan berjuang selama 15 tahun untuk menang.
”Saya yakin rakyat Tiongkok siap melakukan perjalanan panjang dengan keberanian yang luar biasa. Kami tak akan menyerah terhadap intimidasi dan serangan asing,” tegas dia menurut Xinhua.
Prediksi Xi terwujud. Pekan ini AS mengeluarkan kebijakan agresif secara bertubi-tubi. Legislator AS baru saja memproses proposal undang-undang baru. Undang-undang tersebut bakal memudahkan perusahaan telekomunikasi AS untuk menghilangkan Huawei dari daftar calon penyuplai teknologi.
”Kami ingin mencegah perusahaan yang berkaitan dengan musuh asing bisa menyusup jaringan telekomunikasi negara,” ujar senator Demokrat Mark Warner.
Undang-undang itu saja belum cukup. Kementerian Perdagangan AS juga membuat rancangan kebijakan baru untuk menangkal salah satu senjata ekonomi Tiongkok. Regulasi itu bakal memberikan pajak lebih terhadap komoditas dari negara yang melakukan devaluasi scara sengaja.
”Negara tak akan bisa menggunakan kebijakan keuangan untuk mengalahkan bisnis dan pekerja AS,” ujar Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross.
Semua itu sepertinya strategi mati-matian untuk membuat Tiongkok menandatangani perjanjian dagang yang menguntungkan AS. Trump bahkan menyebut Huawei sebagai salah satu tawanan dalam perjanjian dagang tersebut. Menurut dia, Huawei bisa saja keluar dari embargo jika perjanjian dagang AS-Tiongkok memuaskan.