Tren Penjualan Mobil Global Bukan EV tapi Plug-in Hybrid
jpnn.com, JAKARTA - Direktur ILMATE Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menegaskan, target pemerintah pada 2030 industri otomotif di Indonesia bisa memproduksi kendaraan emisi karbon rendah (LCEV) sebesar 20 persen karena melihat tren penjualan kendaraan global pada 10 sampai 20 tahun mendatang adalah di LCEV.
Menurut Putu, penjualan kendaraan global nantinya akan didominasi oleh kendaraan LCEV. Namun tegasnya, dari beberapa jenis LCEV seperti kendaraan hybrid, plug-in hybrid dan listrik murni (EV), justru yang akan tumbuh adalah plug-in hybrid.
"Jadi bukan listrik murni yang sebagian besar masyarakat beranggapan, justru jika melihat data dari IEA - Energy Technology Perspective - kendaraan jenis plug-in hybrid yaitu kendaraan yang masih mengelaborasikan mesin bakar dengan motor listrik atau hybrid yang bisa dicas," paparnya dalam acara FGD "Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik" di Jakarta, Rabu (18/7).
Lebih lanjut Putu menjabarkan, hingga 2020 penjualan mobil masih dikuasai mesin bensin sebesar 60 persen, kemudian trennya menurun sedikit pada 2030 menjadi 51 persen hingga drastis hanya 31 persen.
Sementara itu, mobil jenis plug-in hybrid memiliki pasar lebih bagus dari dua jenis LCEV (hybrid dan listrik murni). Di mana, kata Putu, pada 2020 penjualannya sebesar 4 persen kemudian meningkat jadi 8 persen dan terus melonjak hingga 20 persen secara global. Hybrid sendiri hanya tumbuh dari 6-15 persen dan listrik murni dari 5 persen ke 15 persen pada 2040.
Dengan demikian, Indonesia pun membuat peta jalan industri otomotif dengan menggenjot produksi LCEV termasuk pengembangan kendaraan berbahan bakar nabati (biosolar, bioethanol) dan BBG.
"Hal itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang mengeluarkan peta jalan Making Indonesia 4.0 dengan sektor industri otomotif ditargetkan tahun 2030 menjadi pemain terkemuka dalam ekspor ICE (internal combution engine) dan electric vehicle," pungkas Putu. (mg8/jpnn)