Ulama Mesir Anggap ISIS Jauh dari Norma Keagamaan
jpnn.com - BISA jadi seluruh dunia tahu bagaimana kesadisan ISIS menghabisi nyawa para sandranya. Bahkan mereka juga selau memamerkan kesadisannya di media sosial. Sementara itu, dalam video teranyar kali ini, ISIS menyiramkan bensin pada tubuh Kassasbeh yang tidak berdaya di dalam sebuah kurungan.
Selanjutnya, para algojo IS membakar pilot pesawat tempur yang jatuh ke tangan mereka sejak 24 Desember tersebut hidup-hidup. Pekan lalu, video biadab itu beredar luas di internet.
Pengunggahnya tentu saja IS. Sontak, para pemimpin dunia pun langsung menghadiahkan sumpah serapah dan kutuk terhadap militan yang mengklaim sebagai pendiri kerajaan Islam di Iraq dan Syria tersebut.
Tidak hanya para pemimpin pemerintahan, para ulama pun angkat bicara. Salah satunya adalah Sheikh Shawky Ibrahim Abdel-Karim Allam yang menjabat grand mufti alias ulama tertinggi Mesir.
''Apa yang terjadi pada pilot asal Jordania itu adalah murni tindak kriminal. Aksi barbar ini jauh dari nilai kemanusiaan dan sama sekali tidak memperlihatkan norma keagamaan,'' paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Allam juga menegaskan bahwa tidak ada sangkut paut sama sekali antara Islam dan aksi keji militan yang mencatut nama Islam itu. IS, menurut dia, sedang memperjuangkan ideologinya sendiri, bukan Islam. ''ISIS hanya merepresentasikan kekerasan, bukan Islam,'' tegasnya. Karena itu, dia mengimbau umat Islam Mesir untuk berhati-hati dan tidak mudah terpengaruh IS.
Dean Obeidallah, politikus AS yang mantan pengacara, menyatakan bahwa hubungan Islam dan IS seperti hubungan Kristen dan KKK alias Ku Klux Klan. ''Mereka hanya memanfaatkan agama yang mereka anut sebagai nama merek. Padahal, agenda yang mereka usung sama sekali tidak berkaitan dengan agama. Agenda mereka murni politik,'' ungkapnya sebagaimana dilansir Daily Beast.
Obeidallah juga mengimbau media agar berhenti menyebut IS sebagai kelompok Islam atau Islami. Sebab, itu akan membangun citra positif dalam masyarakat tentang kelompok tersebut. Padahal, ideologi yang IS usung justru menyimpang dari ajaran cinta damai Islam. ''Harus ada berapa banyak darah tertumpah lagi agar publik berhenti menyebut ISIS kelompok Islam?'' ucapnya.
Jika belakangan publik bergidik ngeri menyaksikan aksi bengis IS, Obeidallah menyarankan media untuk menilik ke belakang. Tepatnya, saat IS masih bernama ISIS alias ISIL dan fokus melakukan kejahatannya di Iraq. Saat itu pun IS sudah sangat kejam. Sepanjang 2014, kelompok tersebut membunuh sedikitnya 4.325 warga sipil. Sebagian besar di antaranya merupakan muslim. Rata-rata, IS merenggut 12 nyawa dalam sehari.
''Sejatinya, tidak pernah ada istilah Islam radikal. Islam hanya ada satu. Yakni, Islam itu sendiri,'' tandasnya. Yang bisa menjadi radikal, lanjut dia, adalah para pemeluk Islam atau kaum muslim. Kaum muslim atau muslimah yang radikal itulah yang tergabung dalam kelompok militan seperti IS. Selain muslim atau muslimah radikal, menurut dia, ada juga pemeluk Islam yang suka meneror dan disebut sebagai teroris. (AP/CNN/dailybeast/aljazeera/sha/hep/c20/ami)