Warga Harus Bayar Setiap Kali Melintasi Jembatan Parah Ini
jpnn.com, BANGGAI - Kondisi infrastruktur di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, masih memprihatinkan. Contohnya jembatan yang sehari-hari dilintasi warga Desa Sindang Baru, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai.
Efri - Luwuk Post
Jembatan yang terbentang dengan kokoh menjadi impian warga Desa Sindang Baru. Bagaimana tidak, untuk menuju ke ibu kota kecamatan, mereka harus melewati jembatan yang terbuat dari bambu. Sudah begitu, harus berbayar setiap kali melintas.
"Tidak tahu kapan jembatan di desa ini bisa dibangun karena menurut orang tua saya sejak mereka berada di sini, masyarakat hanya menggunakan jembatan rakit untuk alternatif ini ketika menuju ke desa Sindang Baru ini," ungkap Yani, seorang anak yang menjaga dan mengumpulkan uang pemberian warga yang melintasi jembatan alternatif tersebut.
Yani menyebut, setiap harinya para pengguna rakit atau warga yang melintasi sungai Tolisu ini hingga 100 orang. Jika musim penghujan, setiap warga yang melintas harus membayar Rp 10 ribu.
"Kalau musim banjir bayar rakit itu pulang pergi Rp 10 ribu. Kalau sekarang (musim kemarau) menggunakan jembatan alternatif itu hanya Rp 2 ribu, tapi masyarakat di sini lebih sering menggunakan rakit," jelas Anggota BPD Sindang Baru, Aswadin, kepada Luwuk Post (Jawa Pos Group).
Selain membangun jembatan, normalisasi sungai sepertinya juga perlu dilakukan.
Sebab, setiap tahunnya bantaran sungai tersebut semakin tergerus oleh aliran sungai akibatnya kian melebar. (tr-57)