Warganya Dihukum Mati, Kedubes Brasil Ajukan Protes
jpnn.com - JAKARTA - Eksekusi terpidana mati yang dilakukan Sabtu tengah malam (17/1) masih menyisakan masalah. Yakni, protes dari sejumlah kedutaan besar (Kedubes). Kedubes Brasil salah satu yang akan mengajukan protes atau keluhan terhadap eksekusi salah satu warganya bernama Marco Archer C Moreira.
Pengacara Kedutaan Brasil Utomo Karim menjelaskan, memang Kedubes Brasil berencana mengajukan protes dan keluhan terhadap eksekusi tersebut. Protes itu itu dilakukan karena adanya hambatan dalam membela warganya. Sekaligus, karena pemberitahuan waktu eksekusi yang begitu mendadak. "Padahal, sebuah negara memiliki kewajiban untuk membela warganya," tuturnya.
Sebenarnya, awalnya Presiden Brasil Dilma Rousseff ingin berkomunikasi dengan Presiden Jokowi untuk memintakan pengampunan warganya.
"Tapi, pemerintah Brasil diping-pong ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Sayangnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat itu ternyata di luar negeri," ujarnya.
Di sisi lain, ternyata eksekusi terhadap terpidana mati itu diajukan, dari yang awalnya 22 Januari menjadi 17 Januari. Hal tersebut tentu membuat upaya Pemerintah Brasil hanya memiliki waktu yang singkat. "Harusnya, pemerintah Indonesia memberikan ruang komunikasi sejak awal," terangnya.
Saat ini posisinya, Presiden Brasil telah bisa menelepon Presiden Jokowi. Namun, ternyata permintaan Presiden Brasil ditolak Jokowi. "Harusnya sejak awal bisa komunikasi dibuka, jangan pada detik-detik terakhir," tuturnya.
Memang, pelanggaran yang dilakukan Terpidana Mati Warga Brasil Moreira sangat berat. Namun, perlu diketahui dia ini hanya seorang kurir, bukan orang yang terlibat dalam jaringan narkotika internasional. "Latar belakangnya dalam melakukan pelanggaran perlu diketahui," ujarnya.
Menurut dia, Moreira itu merupakan seorang pilot yang sempat mengalami kecelakaan. Kecelakaan tersebut membuatnya harus berobat ke Singapura dan biaya pengobatannya yang begitu besar membuat Moreira terjerat lintah darat di Brasil. "Akhirnya, dalam kondisi yang begitu sulit itu membuat Moreira terpaksa menjadi kurir narkotika," jelasnya. (idr/byu)