Warisan Leluhur, Keris Sumenep Go International
jpnn.com - SUMENEP – Kerajian keris hingga kini masih ditekuni warga Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Bahkan,hasil karya para perajin keris di desa tersebut telah menembus pasar internasional (go international).
Berdasar data Dinas KebudayaanPariwisataPemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep, sedikitnya terdapat 554 perajin keris di Kota Sumekar. Mereka tersebar di tiga kecamatan, yakni Lenteng, Bluto, dan Saronggi.
Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi,merupakan salah satu sentra keris yang populer. Kerajinan pembuatan keris di desa tersebut diketahui sebagai warisan dari leluhur. Tidak heran bila keris Desa Aeng Tontong sudah menembus pasar internasional.
Menurut Kepala Desa (Kades) Aeng Tongtong Taufik Rahman, usaha kerajinan keris ditekuni warga sejak 1970-an. Saat ini terdapat sekitar 350 perajin keris di Desa Aeng Tongtong. Dalam sehari, mereka menghasilkan sekitar 300 keris. Jenisnya bervariasi. Ada keris pamor blarak sleret, pamor malate sato’or, dan ojan mas. Ada juga jenis keris nogo sosro, lawi saokel, dan bulu ayam. ’’Para perajin di Desa Aeng Tongtong juga ahli membuat keris jenis kulit semongko, brasuta, genggeng ranyut, dan junjung drajat,’’ tutur Taufik kemarin (27/9).
Dia menjelaskan, hargakeris buatan para perajin di Desa Aeng Tongtong bervariasi. Ada yang dijual ratusan ribu rupiah. Ada pula yang mencapai ratusan juta rupiah. ’’Harga bergantung jenis dan kualitas keris,’’ jelasnya.
Kerajinan keris di Desa Aeng Tongtong relatif maju. Meski begitu, bukan berarti tidak ada kendala. Mudahwi, 30, salah seorang perajin setempat, mengungkapkan bahwa kendala terbesar terkait dengan perizinan. ’’Keris masuk kategori senjata tajam sehingga perlu izin untuk memilikinya,’’ katanya. (c2/luq/hud/JPNN/c15/dwi)