Yakini Urusan Seksual Capres Berhubungan dengan Emosional
jpnn.com - JAKARTA - Tes kesehatan yang dilakukan terhadap para calon presiden dan calon wakil presiden ternyata tidak menjalani uji seksualitas. Alasannya, tes seksualitas hanya dilakukan terhadap capres atau cawapres yang berjenis kelamin perempuan.
Namun, langkah Tim Dokter RSPAD itu mengesampingkan uji “kejantanan” justru disayangkan. Menurut Wakil Ketua Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Ridwan Darmawan, uji seksualitas sebenarnya diperlukan terhadap para calon pemimpin bangsa.
Ridwan mengatakan, banyak penelitian menunjukkan pentingnya kesehatan seksual, termasuk kesehatan organ vital. “Bahkan itu bisa mempengaruhi sikap, pandangan hidup, hingga tindakan yang diambil seseorang. Tersalurkan atau tidaknya hasrat seksual sesorang akan mempengaruhi pola pikir dan mood seseorang," kata Ridwan dalam keterangan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (22/5) malam.
Ia justru khawatir ketika pemimpin bermasalah secara seksual. Misalnya mengalami disfungsi ereksi. “Itu bisa berakibat pada kebijakan seseorang pemimpin menjadi tak terkendali juga. Itu biasanya terjadi apabila pemimpin secara emosional tidak stabil,” pungkasnya.
Sebelumnya Tim Dokter RSPAD mengatakan bahwa para capres-cawapres tidak menajlani uji seksualitas. Sebab, biasanya uji kesehatan seksual hanya pada capres perempuan. Sementara pada pemilu presiden (pilpres) kali ini tidak ada capres maupun cawapres berjenis kelamin perempuan.
Untuk pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah menjalani tes kesehatan di RSPAD Gatot Subroto. Sedangkan pada Jumat (23/5) ini, rencananya giliran pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjalani tes kesehatan.(jpnn)