Gelar Aksi di Jakarta, Mahasiswa Timor Leste Tuntut Australia Hengkang
jpnn.com - JAKARTA - Australia dituntut angkat kaki dari perbatasan laut Timor Leste. Negara Kangguru itu dianggap telah terlalu lama mengeksploitasi, mengeruk kekayaan alam Timor Leste.
Hal itu disuarakan sejumlah mahasiswa asal Timor Leste yang tergabung dalam Klibur Estudiante Timor Leste (Keustil) di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Kamis (24/3). Mereka menggelar aksi seperti apa yang dilakukan saudara-saudara sebangsa mereka di Timor Leste beberapa hari belakangan. "Kita menuntut Australia karena mensabotase perbatasan laut kita dan mengambil oil dari wilayah Timor Leste," terang Koordinator aksi Nelson Pereira.
Menurutnya, sejak 1971 Australia sudah melakukan perundingan ilegal bersama Indonesia untuk wilayah maritim yang disebut Celah Timor (Timor Gap) tanpa pernah mengajak rakyat Timor Portugis (Timor Leste). "Hasil perundingan yang dijalankan pada November 1973, Australi mendapatkan keuntungan paling besar dari perundingan tersebut," jelasnya.
Dia jelaskan, meski sudah ada referendum pada 30 Agustus 1999, rakyat Maubere menentukan sikap untuk melepaskan diri dari Indonesia. Namun, Australia tetap menggunakan kesepakatan batas maritim dengan Indonesia tahun 1971 dan 1972 tidak serta merta menentukan batas maritim yang baru. "Maka dari itu, kesepakatan yang tetap dijalankan hingga saat ini sesungguhnya ilegal," tegas Nelson.
Mengenai ekspolitasi minyak, Nelson menuturkan, ladang minyak Laminaria-Carollina dieksploitasi lebih dari 100 juta bar oleh Woodside Auatralian Petroleum, BHP dan Shell. "Pemerintah Australia mendapatkan keuntungan US $ 900 juta tanla pernah dinikmati orang Timor. Dan cadangan minyak ini hampir habis," terangnya.
Karenanya, dia menantang Australia untuk membuktikan dirinya sebagai negara besar yang katanya siap membantu negara-negara berkembang di Asia Pasifik tanpa syarat dan niat buruk. "Jadilah negara yang berlapang dada, jangan menjadi negara munafik," demikian Nelson. (rmol/dil/jpnn)