jpnn.com - SAMPIT - Sebanyak satu korban keracunan massal di bagian wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, meninggal dunia.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Kota Palangka Raya menurunkan tim untuk menelusuri penyebab kasus keracunan massal yang merenggut korban jiwa tersebut.
BACA JUGA: Keracunan Massal di Sukabumi, Petugas Uji Lab Sampel Air
Ketua Tim Kerja BBPOM Palangka Raya Wiwik Wiranti menyampaikan tim BBPOM mengambil sampel bahan makanan, yang diduga menyebabkan sekitar 40 orang keracunan,di wilayah Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Kami mengambil sampel bahan bakunya, seperti daging sapi, kentang, dan wortel serta airnya. Ini akan kami periksa di laboratorium di Palangka Raya. Jadi, sampel yang kami ambil ini adalah sampel yang belum diambil Dinas Kesehatan Kotim," katanya di Sampit, Kotim, Kalteng, Minggu (2/4).
BACA JUGA: Puluhan Balita di Domu Tiba-Tiba Keracunan, Ternyata Ini Pemicunya
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, ada sekitar 40 orang yang mendapat pertolongan medis karena mengalami gejala serupa keracunan setelah mengonsumsi kue ipau yang dibeli di tempat penjualan jajanan Ramadan di Kecamatan Baamang, Rabu (29/3) malam.
Di antara warga yang diduga keracunan makanan, ada satu orang yang meninggal saat dibawa ke RSUD dr Murjani Sampit.
BACA JUGA: GGN Dukung Ganjar Gelar Tumpengan Massal Untuk Menyambut Ramadan
Saat ini, masih ada 17 orang yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut karena mengalami gejala serupa keracunan setelah makan kue ipau.
Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur sudah mengambil sampel kue yang dikonsumsi oleh korban untuk diperiksa di laboratorium.
Aparat Kepolisian Resor Kotawaringin Timur juga mengambil sampel sisa kue untuk menyelidiki penyebab keracunan.
Wiwik mengatakan bahwa selain mengambil dan memeriksa sampel bahan makanan, petugas BBPOM meminta penjelasan dari pelaku usaha mengenai proses pembuatan kue ipau yang diduga menyebabkan sejumlah warga mengalami keracunan.
Menurut dia, BBPOM membutuhkan waktu satu hingga dua pekan untuk menelusuri penyebab keracunan massal.
"Kalau dari gejala yang disampaikan itu kemungkinan mikrobiologi. Mikrobiologi itu erat kaitannya dengan higiene dan sanitasi, mulai dari tempat pengolahannya, cara mengolah makanannya, juga bahan baku dan bahan pengemasnya," ia menjelaskan.
Setelah memeriksa penyebab keracunan, Wiwik mengatakan, BBPOM akan melakukan pembinaan kepada produsen makanan dan pedagang agar mereka memahami tata cara menyiapkan, mengolah, mengemas, dan menyajikan secara sehat dan aman.
BPPOM tidak hanya memeriksa sampel makanan yang dijajakan di wilayah Kecamatan Baamang.
Namun, BBPOM mengambil sampel makanan di sejumlah pasar Ramadan di Sampit untuk diperiksa.
Wiwik menjelaskan bahwa BBPOM selama 2022 menjalankan Program Desa Pangan Aman dan Pasar Pangan Aman di Kotawaringin Timur.
"Pembuat dan pedagang makanan diminta selalu menjaga kebersihan ruang produksi, kebersihan diri pengolah makanan bahan baku, bahan pengemas. Pedagang diingatkan jangan menggunakan koran maupun alas bekas untuk alas makanan karena rawan terkontaminasi bibit penyakit," katanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur sebelumnya menyampaikan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan awal, bakteri E. coli ditemukan pada sisa kue yang disantap oleh warga yang diduga mengalami keracunan.
"Kami mengambil sampel 28 dan 29 Maret. Hasil sementara, ditemukan ada E. coli di kue tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi