BOGOR-Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan telah menjadi magnet perguruan tinggi. Mantan Dirut PLN itu berulangkali diundang menjadi pembicara kunci di sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta. Di Bogor misalnya, Dahlan sudah tiga kali diajak masuk kampus untuk memberikan motivasi kepada para mahasiswa.
April lalu, Dahlan diundang memberikan kuliah umum di IPB, kemudian pada Mei diundang Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia. Kemarin, giliran Universitas Pakuan (Unpak) mengundang mantan CEO Jawa Pos itu untuk menjadi pembicara utama dalam acara wisuda mahasiswa penyetaraan S1.
Di depan civitas akademika dan mahasiswa Unpak, Dahlan menyatakan bahwa 10 tahun ke depan Indonesia akan mengalami kemajuan yang cukup pesat di bidang ekonomi. Tidak ada tanda yang menunjukkan ekonomi Indonesia tidak maju. "Pilihannya hanya dua, mau maju cepat atau maju lambat," tutur Dahlan.
Peluang untuk maju cepat sangat terbuka. Sebab, sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) cukup memadai. Jadi, bibit kemajuan itu sudah sangat terlihat. Tinggal manajerialnya yang perlu diperbaiki. "Kalau saya pengennya maju cepat, karena kita ingin Indonesia menjadi jagoan dunia," tutur Dahlan disambut tepuk tangan meriah dari dosen dan mahasiswa.
Kendati demikian, Dahlan mengingatkan bahwa untuk mewujudkan ekonomi Indonesia yang tangguh, ada 10 persoalan yang harus dibenahi dan dituntaskan. Persoalan pertama sampai delapan adalah kemiskinan, kemudian persoalan kesembilan adalah infrastruktur dan kesepuluh birokrasi. "Sepuluh persoalan itu harus selesai 10 tahun ke depan. Kalau kemiskinan teratasi, konflik juga akan teratasi," imbuhnya.
Dahlan melanjutkan, tanda-tanda Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat bisa dilihat dari inflasi sebesar 3,9 persen dan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5 persen. Dengan indikator itu, ekonomi Indonesia telah mengalahkan beberapa negara Eropa. “Tahun lalu kita mengalahkan Belanda. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bergerak seperti sekarang, sepuluh tahun lagi bisa maju,” terangnya.
Indonesia, kata Dahlan, telah memasuki babak baru dimana dunia bisnis dan politik terpisah jauh. Di saat suhu politik terus memanas, ekonomi tidak terpengaruh. Ekonomi terus tumbuh luar biasa. “Sistem sekarang lebih terbuka dibandingkan era orde baru. Waktu itu, meski perekonomian kita bagus, tapi hanya segelintir saja yang menikmati hasilnya. Beda dengan saat ini, dimana demokrasinya bagus dan tidak ada pemimpin diktator,” jelasnya.
Kendati demikian, Dahlan mengingatkan bahwa untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan, kekompakan harus dijaga. Kalau tidak kompak, tidak mungkin bisa jalan. Kekompakan, kata dia, adalah separuh dari keberhasilan. Kekompakan itu bagian dari keberhasilan.
Sebuah manajemen bisa kompak dan bagus itu tergantung dari manajerial dan leadership-nya. "Kekompakannya tidak perlu seperti Anang dan Ashanty, cukup 70 persen saja," canda Dahlan disambut tawa hadiri.
Saat ditanya mahasiswa tentang cita-cita Dahlan sejak kecil, menteri nyentrik itu mengatakan, dia tak pernah bermimpi menjadi pejabat negara seperti sekarang ini. Ia pun menceritakan sedikit pengalaman hidupnya saat kecil.
"Saya lahir di sebuah desa yang sangat pedalaman dan hidup di lingkungan petani. Di desa, kita menerima keadaan apa adanya. Saya juga mengira akan menjadi petani," tuturnya.
Ia melanjutkan, ketika selesai sekolah di SMA, ia langsung merantau ikut kakaknya ke Kalimantan. "Saya merantau karena saya sadar bahwa orang tua tak mungkin bisa membiayai kuliah saya kalau mau melanjutkan pendidikan," terangnya. (rur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tambah Koleksi Mobil
Redaktur : Tim Redaksi