MANADO — Pola distribusi bantuan yang terkesan kurang terorganisir dengan baik membuat banyak korban bencana mengeluh dan kecewa. Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), korban bencana banjir dan longsor mencapai 41.863 jiwa.
Diperkirakan 25 persen korban bencana belum tersentuh bantuan secara maksimal. Itu berarti, ada sekira 10.465 ribu warga korban bencana yang belum tersentuh bantuan secara maksimal. Di beberapa titik bencana, ada sejumlah korban yang mengaku kurang diperhatikan. “Kami juga sama-sama korban. Tapi bantuannya kebanyakan tidak sampai kepada kami,” ujar seorang IRT di salah satu kelurahan di kawasan Manado Utara.
Lurah Ternate Tanjung, Kecamatan Singkil, Hamzah Palintoh, mengaku bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak sudah cukup banyak. Tapi, ketika pendistribusian di lapangan, ada warga yang terlambat untuk mendapatkan bantuan, dan ada juga yang mengambil dua kali.
“Hal ini terjadi karena ketika pembagian ada warga sedang sibuk membersihkan rumah dan perabot masing-masing, sehingga mereka datang di posko bantuan hanya mendapatkan bantuan seadanya,” ungkap Hamzah.
Ia mengaku, bantuan yang sangat dibutuhkan oleh korban banjir dan longsor adalah makanan siap saji, beras, pakaian, air mineral, mesin alkon, dan mobil sampah untuk membersihkan sampah sisa banjir.
Camat Tuminting Rivo Koloay mengatakan, korban banjir dan longsor yang masuk di wilayah Kecamatan Tuminting sangat membutuhkan makanan siap saji, pakaian dan alat masak. “Karena hampir semua pakaian dan alat masak hanyut terbawa banjir,” katany seperti yang dilansir Manado Post (JPNN Group), Rabu (20/2).
Ia mengaku sudah mendirikan 16 posko bantuan yang tersebar di Kelurahan Mawahu, Kelurahan Tumumpa 1, Kelurahan Tumumpa 2, Kelurahan Tuminting dan Kelurahan Sumompo (Lihat Grafis, red). “Bantuan yang tersedia di masing-masing posko didistribusikan secara merata kepada warga terkena korban banjir,” tambahnya.
Di tempat yang terkena dampak banjir lainnya seperti Kelurahan Karame, Kecamatan Singkil, warga setempat sangat membutuhkan makanan siap saji, air bersih, dan beras serta mesin alkon. “Kebutuhan warga pascabanjir sangat banyak.
Tapi saat ini yang paling dibutuhkan adalah makanan siap saji, beras untuk memasak, air mineral dan alkon untuk membersihkan jalan dan rumah yang terkena lumpur,” kata Lurah Karame Joy Mananeke.Di Kelurahan Karame, banjir mengenangi enam lingkungan. Posko bantuan yang didirikan terpusat di kantor Lurah Karame.
Di lokasi bencana lainnya seperti di Kecamatan Wenang, Camat Danny Kumayas mengaku korban sangat membutuhkan makanan siap saji, tenaga kebersihan serta mobil pengangkut sampah. “Karena lumpur akibat banjir dan sampah sangat banyak,” kata Kumayas.
“Lokasi banjir yang masih kurang bantuan adalah di Kumaraka, Pinaesaan, dan Kelurahan Istiqlal. Ketiga lokasi ini masih kekurangan makanan siap saji, karena bantuan terpusat di Komo Luar,” jelasnya.
Di Kecamatan Tikala, korban banjir juga sangat membutuhkan makanan siap saji, mie instan dan air mineral. “Ini yang paling dibutuhkan korban banjir yang tersebar di Banjer, Tikala Baru, Tikala Ares, Taas dan Paal IV,” ujar Camat Tikala, M Sofyan.
Di Kecamatan Sario, Camat Xaverius Runtuwene mengatakan warga korban bencana membutuhkan makanan siap saji dan mesin alkon. “Warga yang terkena banjir masih membutuhkan makanan siap saji dan air mineral. Sedangkan untuk membersihkan lumpur, warga membutuhkan mesin alkon untuk menyemprot lumpur di rumah maupun di jalan,” ujar Runtuwene.
Sementara itu, dampak banjir dan tanah longsor Februari 2013 ini benar-benar dahsyat dan diprediksi terbesar setelah bencana pada 2000 lalu. Menurut data Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, tercatat 41.863 jiwa yang merasakan dampaknya. Sedangkan rumah yang dihantam banjir dan longsor mencapai 4.220 rumah (Lihat grafis, Red).
Wali Kota Manado Dr GS Vicky Lumentut (GSVL) dan Wawali Harley AB Mangindaan SE MSM sendiri sejak Minggu malam (17/2) hingga Selasa (19/2) telah turun ke titik banjir dan longsor untuk menyalurkan bantuan dan menyampaikan rasa belasungkawa atas korban jiwa akibat bencana tersebut.
Saat berkunjung ke lokasi banjir di Kelurahan Ternate Tanjung, Selasa (19/2), GSVL mengatakan Pemkot akan membangun tanggul dari Jembatan Kairagi hingga Jembatan Megawati. “Pembangunan ini merupakan bentuk pencegahan dari dampak banjir. Ini juga demi keselamatan warga yang tinggal di bantaran sungai yang selama ini merasakan dan mengalami kerugian akibat bencana,” ujarnya. (ctr-02)
Diperkirakan 25 persen korban bencana belum tersentuh bantuan secara maksimal. Itu berarti, ada sekira 10.465 ribu warga korban bencana yang belum tersentuh bantuan secara maksimal. Di beberapa titik bencana, ada sejumlah korban yang mengaku kurang diperhatikan. “Kami juga sama-sama korban. Tapi bantuannya kebanyakan tidak sampai kepada kami,” ujar seorang IRT di salah satu kelurahan di kawasan Manado Utara.
Lurah Ternate Tanjung, Kecamatan Singkil, Hamzah Palintoh, mengaku bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak sudah cukup banyak. Tapi, ketika pendistribusian di lapangan, ada warga yang terlambat untuk mendapatkan bantuan, dan ada juga yang mengambil dua kali.
“Hal ini terjadi karena ketika pembagian ada warga sedang sibuk membersihkan rumah dan perabot masing-masing, sehingga mereka datang di posko bantuan hanya mendapatkan bantuan seadanya,” ungkap Hamzah.
Ia mengaku, bantuan yang sangat dibutuhkan oleh korban banjir dan longsor adalah makanan siap saji, beras, pakaian, air mineral, mesin alkon, dan mobil sampah untuk membersihkan sampah sisa banjir.
Camat Tuminting Rivo Koloay mengatakan, korban banjir dan longsor yang masuk di wilayah Kecamatan Tuminting sangat membutuhkan makanan siap saji, pakaian dan alat masak. “Karena hampir semua pakaian dan alat masak hanyut terbawa banjir,” katany seperti yang dilansir Manado Post (JPNN Group), Rabu (20/2).
Ia mengaku sudah mendirikan 16 posko bantuan yang tersebar di Kelurahan Mawahu, Kelurahan Tumumpa 1, Kelurahan Tumumpa 2, Kelurahan Tuminting dan Kelurahan Sumompo (Lihat Grafis, red). “Bantuan yang tersedia di masing-masing posko didistribusikan secara merata kepada warga terkena korban banjir,” tambahnya.
Di tempat yang terkena dampak banjir lainnya seperti Kelurahan Karame, Kecamatan Singkil, warga setempat sangat membutuhkan makanan siap saji, air bersih, dan beras serta mesin alkon. “Kebutuhan warga pascabanjir sangat banyak.
Tapi saat ini yang paling dibutuhkan adalah makanan siap saji, beras untuk memasak, air mineral dan alkon untuk membersihkan jalan dan rumah yang terkena lumpur,” kata Lurah Karame Joy Mananeke.Di Kelurahan Karame, banjir mengenangi enam lingkungan. Posko bantuan yang didirikan terpusat di kantor Lurah Karame.
Di lokasi bencana lainnya seperti di Kecamatan Wenang, Camat Danny Kumayas mengaku korban sangat membutuhkan makanan siap saji, tenaga kebersihan serta mobil pengangkut sampah. “Karena lumpur akibat banjir dan sampah sangat banyak,” kata Kumayas.
“Lokasi banjir yang masih kurang bantuan adalah di Kumaraka, Pinaesaan, dan Kelurahan Istiqlal. Ketiga lokasi ini masih kekurangan makanan siap saji, karena bantuan terpusat di Komo Luar,” jelasnya.
Di Kecamatan Tikala, korban banjir juga sangat membutuhkan makanan siap saji, mie instan dan air mineral. “Ini yang paling dibutuhkan korban banjir yang tersebar di Banjer, Tikala Baru, Tikala Ares, Taas dan Paal IV,” ujar Camat Tikala, M Sofyan.
Di Kecamatan Sario, Camat Xaverius Runtuwene mengatakan warga korban bencana membutuhkan makanan siap saji dan mesin alkon. “Warga yang terkena banjir masih membutuhkan makanan siap saji dan air mineral. Sedangkan untuk membersihkan lumpur, warga membutuhkan mesin alkon untuk menyemprot lumpur di rumah maupun di jalan,” ujar Runtuwene.
Sementara itu, dampak banjir dan tanah longsor Februari 2013 ini benar-benar dahsyat dan diprediksi terbesar setelah bencana pada 2000 lalu. Menurut data Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, tercatat 41.863 jiwa yang merasakan dampaknya. Sedangkan rumah yang dihantam banjir dan longsor mencapai 4.220 rumah (Lihat grafis, Red).
Wali Kota Manado Dr GS Vicky Lumentut (GSVL) dan Wawali Harley AB Mangindaan SE MSM sendiri sejak Minggu malam (17/2) hingga Selasa (19/2) telah turun ke titik banjir dan longsor untuk menyalurkan bantuan dan menyampaikan rasa belasungkawa atas korban jiwa akibat bencana tersebut.
Saat berkunjung ke lokasi banjir di Kelurahan Ternate Tanjung, Selasa (19/2), GSVL mengatakan Pemkot akan membangun tanggul dari Jembatan Kairagi hingga Jembatan Megawati. “Pembangunan ini merupakan bentuk pencegahan dari dampak banjir. Ini juga demi keselamatan warga yang tinggal di bantaran sungai yang selama ini merasakan dan mengalami kerugian akibat bencana,” ujarnya. (ctr-02)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok, Status Berhala Diputus
Redaktur : Tim Redaksi