Beruntung peristiwa itu tak menelan korban jiwa. Sebab, sesaat sebelum dinamit diledakkan warga sempat mengungsi. Hanya saja, peristiwa tersebut membuat para warga, terutama di Desa Molandatu menjadi trauma. Mereka khawatir penggunaan dinamit pada pekerjaan selanjutnya akan menimbulkan kerusakan rumah warga lebih besar lagi.
Informasi yang dirangkum Gorontalo Post, proyek pelebaran jalan Trans Sulawesi tersebut ditangani oleh PT Nikita Karya. Karena kondisi tebing di samping jalan berbatuan cadas, maka pihak pelaksana memutuskan menggunakan dinamit. Sebab, peralatan pemecah batu yang digunakan tak sanggup memenuhi target pekerjaan yang sudah ditetapkan.
Akan tetapi, sebagian warga menolak penggunaan dinamit. Warga khawatir penggunaan dinamit berdampak terhadap keselamatan mereka. Sebab, getaran yan ditimbulkan sangat dirasakan warga.
Atas kondisi yang dialami warga itu, pemerintah desa sempat menyampaikan peringatan terkait penggunaan dinamit. Sebab, tak jauh dari lokasi peledakan terdapat pemukiman warga. Namun, pihak pelaksana pekerjaan memutuskan penggunaan dinamit karena tebing batu, untuk pelebaran jalan sulit dipecahkan dengan menggunakan mesin.
Hingga pada Kamis (2/8), pelaksana kembali memecahkan tebing batu dengan menggunakan dinamit. Getaran yang ditimbulkan akibat peledakan itu pun cukup dashyat. Sehingga berimbas terhadap rumah-rumah warga yang terletak tak jauh dari lokasi peledakan. Getaran tersebut membuat 11 rumah warga rusak parah. Empat di antaranya ambruk. Sedangkan 8 rumah lainnya pada bagian dinding mengalami retak yang cukup lebar.
Ironinya, sampai saat ini pihak pelaksana pekerjaan belum menunjukkan langkah untuk memperbaiki rumah warga yang rusak.
Sementara itu sehari setelah kejadian, Jumat (3/8), Wakil Bupati Gorontalo Utara Thomas Mopili meninjau Lokasi peledakan batu di desa Molantadu Kecamatan Tomilito, Jumat (3/08). Wabup datang dan menyapa para warga korban yang diakibatkan penggunaan bahan peledak bom proyek pelebaran jalan.
"Kontraktor dan pelaksana proyek sampai saat ini belum sedikit pun memberikan ganti rugi atas rusaknya rumah warga di sekitar wilayah akibat peledakan batu, Kamis (02/08). Kondisi ini juga banyak membuat masyarakat resah dan takut,"ÃÂ kata Thomas, menyampaikan keluhan warga.
Masih kata Thomas, akibatkan ledakan yang sangat kuat itu tak kurang 11 rumah warga rusak parah, 4 di antaranya hancur. Peringatan masyarakat dan pemerintah desa tidak digubris rekanan pelaksana. Bahkan, sampai kemarin, belum ada pihak dari perusahaan pelaksana yang datang dab bermusyawarah dengan pemerintah.
Kehadiran Wabup Thomas ini dilakukan untuk mencari titik temu penyelesaian masalah yang dialami warga itu dengan pihak pelaksana proyek. Wabup Thomas duduk bersama Kasatradar, Satbrimobda, Camat dan Subkon untuk membicarakan jalan keluar dari permasalahan yang mengakibatkan 11 rumah rusak akibat peledakan ini.
"Saya sendiri yang akan mengundang perusahaan yang bersangkutan untuk memintakan pertangungjawaban atas insiden ini. Walaupun tak ada korban jiwa, namun kerusakan Materil harus segera diganti oleh perusahaan yang bersangkutan. Dan saya bersama TNI dan kepolisian akan mengawal proses penyelesaian masalah ini,"ÃÂ tandas Thomas.
Catatan Gorontalo Post (JPNN Group) sendiri, akibat penggunaan alat peledak proyek tak kurang terdapat 28 warga menjadi korban. Rumah mereka rusak parah, dan kini mereka mengungsi ke rumah penduduk lainnya. Mengharapkan bantuan dan ganti rugi pihak kontraktor tidak pernah ada. (dix)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 30 Aliran Sesat Diawasi
Redaktur : Tim Redaksi