11 Santriwati Korban Pencabulan Guru Pesantren Ternyata Warga Garut, 8 Orang Sudah Melahirkan

Jumat, 10 Desember 2021 – 04:59 WIB
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut Diah Kurniasari saat jumpa pers di Garut, Kamis (9/12) malam. Foto: ANTARA/Feri Purnama

jpnn.com, GARUT - Dari 21 santriwati korban pencabulan guru pesantren di Kota Bandung, Jawa Barat, sebelas anak di antaranya warga Garut.

Saat ini kesebelas anak tersebut mendapat pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut.

BACA JUGA: Selain Mencabuli Muridnya, Guru Ngaji di Bandung Diduga Melakukan Perbuatan Dosa Ini

Pendampingan dilakukan agar para korban pencabulan tidak mengalami trauma berkepanjangan sehingga tetap memiliki semangat hidup.

"Mereka sudah dalam pendampingan kami, sekarang mereka sudah dengan orang tuanya," kata Ketua P2TP2A Kabupaten Garut Diah Kurniasari saat jumpa pers, Kamis malam.

BACA JUGA: Banyak Anak Perempuan di Bawah Umur Dijadikan PSK, Alamak

Dia menuturkan korban tindak asusila oleh guru tersebut di Bandung bukan hanya warga Garut saja, melainkan ada dari daerah lain, dilaporkan ada 21 orang, dengan kondisi ada yang hamil maupun sudah melahirkan.

Khusus korban asal Garut, kata dia, yang sudah melahirkan sebanyak delapan orang, semuanya tinggal dengan orang tuanya berikut mendapatkan pendampingan dari tim P2TP2A Garut.

"Kami sudah beberapa kali datang melakukan pendampingan, apabila ada yang tidak sanggup mengurusnya kami coba menawarkan untuk dirawat oleh kami," katanya.

Dia mengungkapkan kasus tersebut berhasil terungkap setelah adanya orang tua korban melaporkannya ke polisi, kemudian diproses hingga pelakunya diadili.

"Hingga saat ini, upaya pendampingan masih terus berjalan berupa pendampingan korban dalam menghadapi persidangan," katanya.

Dia menyampaikan selain melakukan pendampingan kesehatan dan hukum, pihaknya berusaha membantu korban yang masih usia sekolah untuk bisa kembali sekolah maupun melanjutkan kuliah.

Selama itu, lanjut dia, tim dari P2TP2A Garut akan terus menjalin komunikasi dengan orang tua korban dan memantau langsung setiap perkembangan korban.

"Meski para korban telah kembali ke rumahnya masing-masing dan tinggal bersama orang tuanya, pemantauan para korban terus dilalukan lewat komunikasi dengan orang tua dan korban," kata Diah. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler