11 Tahun Kabupaten Lingga, Desa Ini Sangat Terisolasi, Pak Menteri...

Kamis, 26 Maret 2015 – 22:24 WIB

jpnn.com - LINGGA - Meski usia Kabupaten Lingga terus bertambah, yang saat ini masuk tahun ke 11, namun belum semua masyarakat Lingga rasakan pembangunan. Hal tersebut terbukti dengan sejumlah desa dan dusun di pulau Lingga yang masih banyak terisolir. Selain akses jalan tembus, akses telekomunikasi juga menjadi barang langka di sejumlah desa di kabupaten Lingga, Kamis (26/3).

Seperti halnya dusun Mentengah, desa Mentuda, kecamatan Lingga. Lokasi pemukiman warga yang berada di sebelah utara Gunung Daik ini, belum miliki jalan tembus dan akses telekomunikasi yang memadai. Alhasil, warga kesulitan mendapatkan informasi.

BACA JUGA: Pusat Tutup Kran Impor Komoditas Impor, Daerah Pesisir Ini Kesulitan Cari Beras

"Kami sangat kesulitan, jika ada hal-hal yang perlu disampaikan baik kepada desa, maupun kepada keluarga yang tinggalnya di luar kampung Mentengah," ungkap Marwan, salah seorang warga kampung Mentengah.

Selain sola keneksi jaringan telpon, warga juga tidak memiliki akses darat. Disamapikan Marwan, satu-satu jalan untuk sampai ke desa induk Mentuda dari Mentengah, warga gunakan pompong. Melewati sungai bakau yang berkelok lebih kurang dua jam perjalanan, baru bisa sampai ke desa Mentuda.

BACA JUGA: Kualat Lu... Bobol Brangkas Pengadilan Agama, Ini Akibatnya

"Kalau mau ke desa Mentuda kita harus naik pompong. Paling cepat dua jam baru sampai. Begitu juga kalau mau belanja barang di Daik ataupun Pancur. Kita harus naik pompong dulu satu jam, baru bisa gunakan kendaraan bermotor untuk sampai ke pasar," tambahnya lagi.

Ditambahkan Marwan, ongkos yang harus dikeluarkan warga juga sangat besar. Untuk sekali perjalanan, ia merincikan sedikitnya harus mengeluarkan uang hingga Rp 100 ribu. Jumlah yang tidak sedikit, hanya untuk pergi ke desa maupun belanja ke pasar. 

BACA JUGA: Dua Anggota TNI yang Dibacok karena Senggolan saat Joget, Ini Pelakunya..

"Contohnya kalau kita ingin ke Pancur untuk belanja, dari Mentengah, harus naik pompong. Kalau ada teman yang punya pompong, ongkos bisa lebih murah, tetapi kalau tidak ada otomatis kita harus sewa pompong. Belum lagi, kita harus naik ojek kalau ke Pancur sebesar Rp 50 ribu, kalau ke Daik ongkosnya lebih mahal, sekali jalan bisa Rp 70-80 ribu," tambahnya Marwan.

Sementara itu, dikatakannya pada tahun 2014 lalu, pemerintah Kabupaten Lingga telah membantu dengan membuka jalan. Namun hanya jalan ke Kampung mereka yang dibangun sepanjang satu kilometer..

"Jadi dari jalan yang dibuka tersebut, kami harus menggunakan pompong lagi, melewati sungai hampir satu jam, tetapi kami berterimaksihlah jalan sudah muali dibuka. Mudah mudahan tahun ini jalan itu dilanjutkan," kata Marwan.

Warga Kampung mentengah, berharap pemerintah agar bisa membangun jaringan telekominikasi ketempat tersebut, meski hanya tower mini. "Kalau komunikasi sudah lancar, kita tidak perlu menyewa pompong satu hari, kita cukup hanya minta antar dan jemput saja," terang Marwan.

Selain Mentengah desa Mentuda, sejumlah desa lain seperti Tanjung Kelit, desa Batu Belubang kecamatan Senayang, Teluk dan desa Pekajang juga mengalami masalah serupa yakni tak adanya akses telekomunikasi yang memadai. (ray/cr11/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Beri Izin Gunakan Pukat Harimau, Kadis Ini Didemo Ratusan Nelayan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler