Begitu para kardinal masuk Kapel Sistine, pintu langsung dikunci. Segala macam kontak dengan dunia luar bakal diputus. Tak ada koran, televisi, telepon seluler, atau sosial media seperti Twitter. Di sekitar gedung juga sudah dipasang pengacak sinyal untuk menjaga para kardinal dari intervensi pihak luar.
Tradisi tutup pintu ini sudah dimulai sejak 1268-1271 ketika para kardinal mengadakan pertemuan di Viterbo, Lazio, Italia. Kala itu, gara-gara persaingan politik di antara para kardinal, pemilihan paus memakan waktu hingga 2 tahun 8 bulan.
Padahal, saat itu jumlah kardinal hanya 15 orang. Umat yang tidak sabar kemudian mengurung para kardinal di ruangan terkunci agar tidak terpengaruh dunia luar. Sejak saat itulah muncul istilah konklaf yang berasal dari kata Latin conclave (dengan kunci) dalam pemilihan paus.
Cerobong asap pun telah disiapkan di atas Kapel Sistine. Cerobong ini penting karena kesepakatan para kardinal untuk memilih paus baru akan dikabarkan melalui asap. Asap warna hitam bila belum sepakat dan asap putih bila sudah ada yang terpilih. Di dalam kapel itu juga suah ada dua perapian.
Satu untuk membakar surat suara para kardinal dan satu lagi untuk mengirimkan kabar kepada publik apakah paus baru telah terpilih atau belum. "Jika hari telah gelap, ada lampu sorot yang akan ditujukan ke arah cerobong asap itu agar tetap bisa dilihat," ujar Frederico Lombardi, juru bicara Vatikan.
Setidaknya ada beberapa kandidat kuat yang digadang-gadang menjadi paus. Antara lain Kardinal Italia Angelo Scola, Kardinal Ghana Peter Turkson, Kardinal Nigeria Francis Arinze, Kardinal Kanada Marc Ouellet, Kardinal Brasil Odilo Scherer, dan Kardinal Meksiko Jose Francisco Robles Ortega.
Tradisi berabad-abad itu akan disaksikan langsung umat Katolik dari seluruh dunia dan jemaat yang berkumpul di lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan. Untuk mengantisipasi kehadiran ratusan ribu jemaat, Vatikan mulai berkoordinasi dengan Pemerintah Italia.
Mereka membangun rumah sakit darurat dan mempersiapkan sukarelawan untuk membantu jemaat yang datang. "Tidak ada yang bisa memastikan seberapa banyak jemaat yang datang ke Vatikan," ujar Mario Vallorosi, pejabat keamanan di Roma.
Saat Paus Benediktus XVI diangkat menjadi pemimpin umat Katolik pada 2005, jumlah jemaat yang datang dalam acara pengangkatan mencapai 350 ribu orang. Sekitar 100 ribu di antaranya berasal dari Jerman, negara asal dari Benediktus. Pihak keamanan di Roma menargetkan 17 Maret sebagai acuan diangkatnya paus baru atau seminggu sebelum perayaan Paskah. Saat ini muncul keinginan paus baru berasal dari Amerika Latin atau Afrika setelah ratusan tahun selalu dari benua Eropa. (AP/AFP/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saudara Tiri Obama, Kalah di Pilgub di Kenya
Redaktur : Tim Redaksi