Informasi dihimpun Metro Tabagsel (Grup JPNN) dari beberapa warga di lokasi bencana pada Senin (22/10) pagi menyebutkan, sejak sore hingga malam hujan deras terus mengguyur pemukiman warga. Akibatnya, sungai (aek) Mosa dan Batang Salai yang mengalir di desa itu meluap.
Dan, sekitar pukul 21.00 tiba tiba air membanjiri rumah warga dengan ketinggian sekitar 1 meter disertai dengan ranting dan daun pohon. Namun, lama-lama suasana semakin parah. Pasalnya, yang hanyut bukan lagi ranting atau daun melainkan potongan kayu ukuran besar menghantam, sehingga beberapa rumah beserta isinya hancur dan hanyut.
"Ini yang ketiga kali sejak saya berdomisili di sini selama 28 tahun terakhir. Namun, ini yang paling parah. Awalnya datang air menggenangi rumah yang disertai ranting dan daun. Lalu listrik pun padam. Selanjutnya kami terus memperhatikan situasi. Eh, banjir semakin parah dan membawa kayu-kayu besar. Akhirnya kami menyelamatkan diri di atas jembatan," aku Diano Sinaga (53), warga yang mengaku rumah dan seluruh isi termasuk uang tunai Rp20 juta yang diambil dari bank sehari sebelumnya hanyut.
“Padahal uang itu untuk kebutuhan menyelesaikan pembangunan rumah baru,” lanjutnya.
Warga lainnya, Masdiana (43), mengaku, kejadiannya begitu cepat. Ia yang hidup menjanda terpaksa harus susah payah menyelamatkan empat anaknya. “Oppot sajo ro aek godang menunjang, maroban hayu, holan mamikirkon manyalamatkon daganak on ma au tai leng adong koum mangalojongkonna tu huta Aek Nadenggan (kejadiannya cukup cepat, arus air langsung menerjang, membawa kayu, dan suaranya sangat mengerikan, ketika itu saya hanya berfikir bagaimana caranya anak-anak bisa selamat, untung saudara sekampung yang sama-sama ingin menyelamatkan diri membantu dan memabawa anak saya menuju perkampungan Aek Nadenggan)," kata perempuan ini sambil menangis.
Sementara itu, Kepala Lingkungan I Kelurahan Pardomuan Somat Pulungan, mengaku, begitu mengetahui air menggenangi pemukiman dengan membawa material dan suara gemuruh, warga langsung berlarian menuju tempat yang lebih tinggi. Tak banyak yang bisa dilakukan warga selain menunggu arus surut. Sebab, selain listrik padam, peristiwa ini juga terjadi menjelang tengah malam.
“Jumlah kepala keluarga di Lingkungan 1 ini sekitar 210 orang. Semuanya terkena banjir. Namun, setelah kami lakukan pengecekan dan pendataan, ada 13 rumah yang hanyut, 16 rusak berat, tiang listrik tumbang sehingga jaringan rusak. Sekolah dan masjid juga tak luput dari luapan air," kata Somat.
Pantauan METRO rumah warga hancur dihantam banjir bandang, sebagian di antaranya hanya menyisakan pertapakannya, belasan lainnya rusak dan hampir seluruh rumah di tiga lorong Kelurahan Pardomuan, dan dua sekolah terendam. Sementara itu, jalanan juga berlumpur. Beberapa warga dari desa tetangga mulai berdatangan memberikan bantuan seadanya, sementara beberapa korban banjir bandang mengaku belum makan. (ran)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Retribusi Pasar Pakai Online
Redaktur : Tim Redaksi